3 Bumerang Demokrat, Serangan Menyasar Diri Mereka Sendiri

Demokrat makin sekarat. Ketika teriak kudeta, malah mereka sendiri yang sering teriak makar, dengan bahasa khas mereka. Turunkan presiden itu makar, apalagi dilakukan partai yang mengaku demokratis. Toh sudah terjadi dan merasa menang karena didiamkan saja.

Diam itu bisa karena tidak dianggap lho. Jadi tidak mesti karena menang dan pihak yang dijadikan sasaran itu kalah. Ingat pepatah mengalah untuk menang.  Naif, jika bicara menang sekadar karena obyek yang disasar hanya mendiamkan.

Kini, di tengah eforia hari kemerdekaan, malah makin kencang hinaan pada pakaian yang dipilih Presiden Jokowi. Lagi-lagi mereka, barisan, atau yang  sedikit banyak ada afiliasi pada mereka. Kader, atau relawan dari aksi dan kerja mereka. Susah melepaskan ini tidak berkaitan dengan partai.

Ketika ramai-ramai memuji Jokowi mereka menggelontorkan nada sebaliknya, dan celakanya malah menuding ras dan suku tertentu. Kena jebakan, karena rasis yang mengemuka, bukan penghinaan presiden lagi. Selama ini Jokowi diam dan tidak pernah dijadikan perkara hukum. Berbeda ketika rasialis.

Sebuah media sudah terkena imbasnya. Rating langsung terjun bebas. Karyawannya sudah keluar, toh hukuman itu masih tetap demikian. Jangan kaget, karena hukuman terutama netizen sangat cepat dan tajam.

sendiri

Bumerang ini, melengkapi serangan mereka pada pihak-pihak yang disematkan istilah buzzer istana. Mereka teriak, bubarkan buzzer dan perang pada buzzer, lha ini kan secara tidak langsung membuka perilaku mereka sendiri.

Selalu menuding ternyata menguak jati diri mereka sendiri. Bagaimana bukan laku buzzer ketika isu yang identik didengungkan  banyak akun, pihak, dalam waktu yang serempak. Jangan lupa, pasti ada Anid Arief, Rachland Nashidiq, dan kader atau mantan kader mereka. Mosok tidak berkaitan, apalagi soal baju Badui sudah ada yang mengaku khilaf.

Kerugian terbesar Demokrat dengan menyerang personal Jokowi, karena pemilih Jokowi itu sangat besar. Suara yang bisa jadi potensial bagi AHY jelas susah untuk diharapkan dengan perilaku ugal-ugalan demikian.

Bumerang sudah menyerang balik. Susah berkelit, ubah strategi, mumpung masih ada waktu. Kalau SBY-AHY masih suka dan malah demen dengan cara ini, silakan nikmati kembali jadi penonton di 2024.

Kalian sudah tidak gede lagi. Pengaruh kalian sangat rendah. Salah langkah sedikit saja, berabe semua. Sayang, selama ini dihuni kader penjilat yang tidak membawa perbaikan, menghasut dan menuding pihak lain sebagai biang keladi. Khas bocah yang tidak mau kalah.

Salam penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply