Apa Sih Maunya Novel Baswedan dkk?

Sekarang Novel dkk kembali menuntut atau banding kepada Jokowi, untuk membatalkan pemecatannya. Laporannya mengenai komisioner KPK kepada dewas juga ditolak. Pada waktu yang hampir bersamaan ada demo mahasiswa cenderung mendukung mereka, ini aneh, ada apa sih?

Mereka ini bukan korban politik, kriminalisasi, dan konspirasi apapun itu. Apa alasan statemen seperti ini?

Pertama, mereka tidak lolos seleksi TWK khususnya. Desas-desus soal ideologi, khususnya Taliban sangat kencang. Toh mereka tidak lapor sana-sini untuk sekadar klarifikasi. Mereka juga tidak segarang ketika tidak lolos TWK, bisa disimpulkan mereka memang ideolog yang sedang menyamar.

Kedua, sama sekali tidak ada konsistensi dalam “perjuangan” mereka. Mengapa? Kalau menjadikan diri pahlawan antikorupsi, apakah sudah benar demikian? Omong kosong. Apa buktinya?

Satu, Novel Baswedan ini asalnya polisi yang menjadi terdakwa pembunuhan tahanan, diabaikan, dan keluar pindah menjadi pegawai KPK. Mau benar atau salah soal di kepolisian toh belum ada keputusan pengadilan, berarti belum  sah benar keberadaannya. Bisa saja memang salah. Tidak pernah berani menyelesaikan persoalan itu. Jika antikorupsi, hadapi persidangan.

Dua, Novel tidak pernah mau berpindah posisi di KPK. Ini jelas sebuah keadaan yang sangat parah. Mengapa ada pegawai malah menguasai sistem tata kelola organisasi. Jangan kemudian merasa paling benar dan pihak lain salah, pada hal yang mendasar begini saja goblok.

Novel
Novel Baswedan

Tiga, mereka tidak lolos tes, sudah menuntut ke mana-mana, dan pihak KPK dan penyelenggara test semua sudah melakukan  tugas mereka dengan semestinya. Jelas bahwa testnya sahih.

Ketiga, jika mereka memang jagoan, coba ungkapkan secara terbuka kekayaan mereka itu. Sesuai tidak dengan profil dan gaji mereka. Atau kalau berani bongkar semua keburukan di KPK, apakah KPK benar-benar baik atau malah sebaliknya. Wong faktanya banyak hal naif terjadi kog.

Keempat, dulu teriak-teriak antiASN, antidewas, kog sekarang mengemis, ada apa? Mau nutupin borok kinerja busuk mereka selama ini? Atau takut kelaparan? Toh ditawari di mana-mana menolak, kudu KPK, malah makin aneh.

Kelima, jika mau mengabdi itu tidak memaksakan kehendak. Mengharuskan itu bukan pengabdian lagi, namanya perkosaan.  Kisah dan drama paling aneh, satu sih konsisten di dalam kengacoan.

Sama sekali bukan bicara mengenai pemberantasan korupsi dan pengabdian, mengupayakan kekayaan diri dan ideologi demi kepentingan sendiri dan kelompok. Keputusan sudah tepat, hasil sendiri yang disahkan oleh lembaga. TWK itu bukan dari luar dirinya, dari mereka sendiri.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply