Bambang Widjojanto, Eddy Heireij, dan Magnis Suseno

Bambang Widjojanto, Eddy Heireij, dan Magnis Suseno

Polemik bahwa Profesor Emeritus Magnis Suseno membuat ketegangan umat Katolik, hingga hari ini masih begitu riuh rendah menjadi perbincangan, bahkan perdebatan di media sosial ataupun media percakapan.  Hal yang cukup aneh, ketika ahli etika menjelaskan moral di muka persidangan, malah mendapatkan cacian.

Lumayan banyak yang menuding itu adalah mantan mahasiswanya, hanya karena pilihan politik yang berbeda bisa berbuat demikian.  Rekam jejak  emeritus guru besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini tidak serendah atau seburuk itu. berkali ulang pilihan-pilihan dalam bersikap atas fenomena yang terjadi, bukan seburuk tudingan netizen, termasuk mantan mahasiswanya tersebut.

Taruh kata, pastor kelahiran Jerman ini ada kekeliruan, namun apakah itu sebuah kejahatan atau pidana?  Sengaja saja pasti tidak, apalagi kog pidana.

Padahal ada dua saksi ahli juga dan pengacara pada kubu yang berbeda secara  hukum mendapatkan status tersangka. Benar keduanya dengan deponering dan praperadilan sudah gugur atau di kesampingkan keberadaan status tersangka mereka. Artinya apa?

Secara etika, moral, dan kesucian dalam memberikan keterangan, apalagi malah menjadi tim pemohon sengketa pemilu dengan dalih kecurangan yang berarti masuk ranah etik, bagaimana mereka mempertanggungjawabkan itu?  malah Rama Magnis yang menjadi saksi dengan dasar keahlian dan kemampuannya malah dicaci maki.

Suka atau tidak pilpres ini sudah selesai. Tidak akan ada hal baru, misalnya  diskualifikasi salah satu calon karena adanya putusan MK yang dipandang ngaco atau apalah. Publik juga sudah diam kog, ini hanya soal elit dan juga bahwa memang ada dugaan ketidakberesan. Eh ternyata yang pada bersitegang itu juga tidak beres-beres amat.

Standart ganda terlihat dengan jelas, apalagi yang Bambang Widjojanto lakukan pada Eddy Hiereij, jelas dengan gamblang di depan publik demikian. Eh kini  publik juga berlaku sama, mengenai kesaksian ahli Rama Frans Magnis Suseno, SJ yang dipersalah-salahkan. Padahal tidak ada yang salah dengan pernyataan, kesaksian atas keahliannya.

Bangsa ini memang krisis empati dan moral. Bagaimana bisa orang yang jelas-jelas pelanggar hukum malah dielu-elukan, memiliki status hukum tersangka pula. Ada yang  bersuara sesuai dengan keahlian dan nuraninya, rekam jejaknya memberikan bukti itu, malah dihujat.

Pembaca Katolik yang jernih pasti paham artinya Paskah, di mana Yesus diperbandingkan dengan Barabas. Apakah demikian hari-hari ini? Puja-puji, bahkan diam untuk pelanggar hukum dan HAM, malah mencaci penyuara kebenaran?

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan