Beda Jokowi dan Ganjar, Sama-sama Usungan PDI-Perjuangan
Beda Jokowi dan Ganjar, Sama-sama Usungan PDI-Perjuangan
Pilpres sudah kelar. Hanya saja mengganjal dan masih terasa aneh dengan pasangan presiden dan wakil presiden yang penuh drama dan pro-kontra mengenai ranah etik. Membawa dua petinggi negeri dalam pusaran pelanggaran etik, yang seolah-olah itu biasa saja. Toh hukum terakhir di MK sudah menyatakan final. Para kontestan sudah juga mengucapkan selamat pada si pemenang.
Suka atau tidak, bukan partai atau PDI-Perjuangan yang memenangkan Jokowi, namun relawan. Itu poin kunci dan krusial, ketika pas pencalonan Ganjar malah dipisahkan. Partai berjalan dengan arogannya, serang sana serang sini, dan relawan yang dulu bersama moncong putih ada pada posisi berseberangan.
Ganjar pethitha-pethithi, arogan, dan songong tanpa ada yang mementahkan itu, mengalir begitu saja dan bahkan makin menguar dan menguat. Orang partai pengusung sendiri ikut menari di atas genderang pihak lawan. Lain ketika Jokowi dikatakan gila jawaban, plonga-plongo, relawan serentak menjawab dan memberikan bukti sebaliknya, rival tidak bisa berkutik. Ke mana PDI-P kala itu, diam saja.
Jelas saja Ganjar terkapar, wong para caleg asyik mencari suara sendiri, mana mau mereka itu ngurus pilpres. Fakta di lapangan itu bicara banyak. Atribut hanya dipakai dan diperoleh oleh caleg, relawan malah suruh modal sendiri. Selesai.
Belum lagi genderang yang ditabuh tim lawan, malah disorakin dan dijogedin oleh pendukungnya sendiri. Tanpa ada tameng ataupun pembelaan, berjuang sendirian, ya bobrok. Jokowi sejak kampanye sampai memegang jabatan presiden dua periode juga berjalan sendirian, dihajar ramai-ramai termasuk oleh PDI-Perjuangan dan bahkan Megawati tidak pernah membela malah ikut ngehajar dengan sadis kog.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan