Belajar Dewasa dari Rocky Gerung
Selama ini, publik mengenalnya sebagai “Profesor” Rocky Gerung yang menjadi tamu utama apapun temanya dalam acara salah satu media elektronik. Di sanalah panggungnya mulai dibangun. Semasa menjelang pilpres ia seolah rujukan apapun untuk mengulik reputasi Jokowi.
Kata-kata dungu seolah menjadi andalan dalam menyikapi perbedaan dan ketidaksukaannya pada pihak lain. Entah mengapa bisa seperti itu.
Perilakunya ini makin menjadi kala pilihannya semasa pilpres kalah. Walaupun Prabowo sudah masuk kabinet, sikap dan kata-kata oposannya makin kenceng. Makin jelas afiliasinya kala rumor mengatakan dan memperlihatkan ia ada kedekatan dengan partai politik mercy milik Cikeas.
Seseorang itu terlihat kapasitas dan kedewasaannya ketika ia menghadapi masalah. Beberapa hari ini media, terutama media sosial dipenuhi dengan pembicaraan Rocky Gerung menghadapi keadaan yang menyedihkan. Rumahnya berdiri di atas tanah milik pihak lain. Nah di sinilah kelihatan mutu seseorang.
Bagaimana reaksi yang ia sampaikan adalah bagian dari wujud kepribadian seseorang,
Mengaitkan dengan afiliasi politik. Pihaknya menuding ini adalah upaya pembungkaman pemerintah atas laku politik Rocky Gerung. Lagi-lagi ini sikap kanak-kanak. Orang dewasa akan mempertanggungjawabkan perilakunya sendiri. Tidak perlu menyalahkan dan mencari pembenaran diri dengan menuding pihak lain.
Kerjasama dengan orang-orang yang setipe. Lagi-lagi ada pernytaan bahwa tanah itu diperoleh dari terpidana kasus tanah. Penandatangan, dari pihak pemerintah desa juga sama saja. Lingkaran yang identik. Pihak Rocky Gerung juga mengatakan pihak-pihak yang sama, nama dan orang yang disebut pihak lain sebagai pribadi berkasus.
Menyalahkan pihak lain lagi. Kali ini cebong yang dikatakan membullynya. Ini adalah lagi-lagi khas bocah. Salah sendiri biasa membully, mengapa ketika mendapatkan balasan ngambeg. Orang dewasa tidak akan peduli dengan begituan. Berani bertindak ya berani menanggung risiko, termasuk balasan.
Memperlihatkan kedunguannya sendiri, ketika terpepet mencari-cari pembenar dan akhirnya terjebak makin dalam. Ini lumpur hisap yang telah sekian lama ia persiapkan. Kali ini siap menghisapnya ke dalam lumpur yang bisa jadi membinasakannya.
Belajar dari sikap arogan seseorang itu juga penting, sehingga bisa mengambil makna dan menjaga jarak agar tidak bersikap demikian. Menabur kebaikan saja bisa panen yang busuk, apalagi menanam yang jelek.
Saat ini adalah waktunya Rocky Gerung menuai apa yang ia tabur. Sayang, bahwa ia lupa diri dan tidak mau tahu apa yang ia telah taburkan.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan