Berisiknya Demokrat

Tong kosong berbunyi nyaring, kata peribahasa, mendapatkan kebenarannya. Bagaimana Demokrat akhir-akhir ini berisik minta ampun. Tanda tong tidak berisi. Jika tong itu penuh suaranya tidak akan keras, karena teredam volume yang ada di dalamnya.

Beberapa keberisikan yang sejatinya tidak ada manfaatnya sama sekali, kecuali bagi kepuasan batin SBY dan anak-anaknya.  Apa saja itu, ari kita cermati bersama,

Klaim mereka tidak pernah berkoar-koar soal prestasi saat berkuasa. Ada dua hal yang bisa menjadi jawaban. Pertama, mereka memang tidak cukup prestasi. Jadi apa yang mau dibanggakan dan dikoar-koarkan.

Kedua, mereka ini iri dan merasa tidak berdaya, jadi melihat dengan sinis capaian Jokowi. Padahal, itu hanya sebuah nyali yang diperlukan. Sayang mereka tidak punya itu selain kegaduhan ketika kemaluan mereka ketahuan.

SBY mengatakan bisa menggerakan massa untuk turun ke jalan. Ah yang bener? Mengapa pas pemilu tidak punya suara yang signifikan, sehingga bisa membawa AHY ke kursi minimal cwapres? Artinya ini hanya berisik yang tidak terbukti.

Demokrat

Gampang kog, jika memang pendukungnya militan, kondisi apapun akan memilih pas pemilu. Lihat tuh PDPI-P dan PKS, suara mereka cenderung stabil bukan malah  terjun bebas seperti milik SBY.

Siapa yang turun ke jalan kan sudah punya hak pilih. Nyatanya tidak memilih pas pemilu kemarin, coba Pak Beye jawab, bisa tidak?

Menyoal keberadaannya terus. Seolah negara ini hanya Demokrat, keluarga Yudhoyono saja. Bagaimana gaduhnya mereka dengan kudeta, ganti Jokowi, hutang negara, mangkrak, dan tetek bengek yang tidak berguna bagi bangsa dan negara, selain bagi SBY dan anak-anaknya.

Bangunlah demokrasi yang hakiki, bukan hanya memaki dan mengeluh. Membangun pilar bukan menghancurkan tiang untuk memperlihatkan dirinya lebih hebat. Sayang presiden dua periode, usai lengser hanya menutup kemaluan terus menerus. Berisik yang tidak memberikan nilai tambah bagi publik.

Sudahlah Pak Beye malu itu diciptakan sendiri. Tidak akan ada yang mengusik jika sampeyan diam. Makin banyak omong, publik makin keras berteriak dan menjawab yang sangat menusuk diri sampeyan.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply