Bersih-bersih Nama Prabowo

Bersih-bersih Nama Prabowo

Gonjang-ganjing dukungan Budiman Sudjatmiko pada Prabowo membawa pemikiran jauh ke belakang. Salah satu kader PDI-P itu dulu adalah aktivis yang pernah mengalami penculikan dan juga dengan akibatnya pastinya penyiksaan. Beberapa bahkan hingga hari ini tidak diketahui rimbanya.

Beberapa waktu lalu Budiman mengatakan, jika Prabowo sudah mengembalikan semua yang diambil. Mau mengatakan semua yang diculik atau Bahasa halusnya diambil sudah dikembalikan. Nah, tiba-tiba ada pengakuan dan pernyataan, jika mereka, yang diambil atau diculik ini tidak yakin siapa pelakunya. Mau Prabowo atau bukan jelas tidak yakin.

Beberapa hal berikut layak dicermati,

Pertama, perjumpaan belum juga berganti tahun, pengakuan sudah dikembalikan, Kompas.com juga menurunkan itu sebagai berita. Mau dibantah, bahwa bukan Prabowo atau orang suruhannya, atau timnya? Logika dari mana, jika bukan pelaku, minimal ikut terlibat, bisa mengatakan sudah dikembalikan.

Kedua, jika Budiman mengaku tidak tahu pasti karena matanya ditutup, mau Prabowo atau bukan sebagai pihak yang menculik, toh Prabowo mengatakan sudah mengembalikan, lihat poin satu. Pernyataan aneh malah si Budiman ini. Ada apa atau mengapa?

Ketiga, jelas tidak mungkin Danjend sendiri yang menyiksa bintang tiga tidak akan mengotori tangannya untuk sekelas mahasiswa yang akan ditangani apalagi jika itu adalak kekerasan dan penyiksaan. Sangat tidak mungkin jenderal turun tangan sendiri. Sangat mungkin anak buahnya yang masih cukup rendah

Keempat.  Bagaimana   Budiman mau membantah rekomendasi Dewan Kehormatan Militer yang merekomendasikan pemecatan Prabowo. Mereka masih hidup, sehat, jernih, belum banyak yang pikun tentunya. Lepas dari persaingan politik, atau karir, toh peristiwa dan kejadian itu ada.

Mereka masih bisa ditanya, diklarifikasi, dan dimintai pendapat, apa yang terjadi pada Prabowo waktu itu. Ini jelas akan lebih mudah, terang benderang, bukan klaim sepihak dari yang berkaitan.

Kelima, toh selama ini Prabowo juga tidak pernah menyoal DKP yang memutuskan untuk memecatnya. Jika bukan pelaku, dalang, ataupun terlibat dalam kisah tragis 98, ia pasti akan bereaksi dan meminta pemulihan nama baiknya.  Sangat mungkin dengan kedudukannya selaku Menteri.

Keenam, jauh lebih baik adalah adanya rekonsiliasi, pengakuan terbuka dari semua pihak yang terkait dewan Kehormatan Perwira Pangab waktu itu juga masih segar, si terperiksa dan mendapatkan ganjaran pemecatan. Ini akan membantu bagi tumbuh   kembang bangsa,  di mana ada masalah itu diselesaikan, bukan dilupakan.

Ketujuh, pembenaran itu bukan kebenaran, bisa jadi malah kebetulan yang malah memberikan daya rusak bagi negeri ini. Sayang jika negeri yang sedang mekar, beranjak pada kemajuan, malah jatuh pada kisah tragis masa lalu.

Kedelapan, terselesaikan dengan baik, bukan menjadi konsumsi lima tahunan menjelang pilpres, energi negeri ini habis untuk hal yang terus terulang. Begitu banyak hal penting yang bisa dilakukan untuk kebaikan dan kesejahteraan hidup bersama.

Harapannya sih ini gelaran terakhir untuk Prabowo dengan kisah 98-nya. Mosok periode mendatang juga masih bisa ikut

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan