Cak Imin, AHY, dan Laku Politikus
Cak Imin, AHY, dan Laku Politikus
Sejak jauh-jauh hari, kedua nama ini sudah ke mana-mana nyambangin dan safari politik. Jelas tujuannya untuk menjadi bakal calon wakil presiden. Baliho Cak Imin bahkan jauh lebih dulu, era prapilpres 2019 sudah bertebaran di mana-mana sebagai capres. Toh sampai saat ini masih sama saja.
AHY yang keluar dari dinas militer sangat dini, untuk melompat menjadi gubernur, ternnyata belum cukup meyakinkan masyarakat untuk memilihnya. Tereliminasi sejak putaran pertama. Malah makin naik keinginannya dengan menjadi cawapres dan capres bahkan. Usai 2019 tidak bisa berbuat banyak. Ia mendapatkan warisan ketua umum, dan makin percaya diri 24 adalah capres.
Apa daya, lagi-lagi tidak banyak berangkat dari kondisi survey. Tidak heran, ketika Oktober setahun lalu, kala ada tawaran dari Surya Paloh untuk mengusung Anies Baswedan sebagai capres, Demokrat mengiyakan. Jelas AHY turun menjadi sekadar bakal calon wakil presiden. Paling realistis.
Pun 11 12 dengan Cak Imin, bersama Prabowo sudah merasa duet maut. Membentuk koalisi, dan ketika ada tambahan parpol, seusai PAN dan Golkar masuk, Prabowo mengubah nama Koalisi Indonesia Maju. Nama yang sama dengan Kabinet Indonesia Maju pimpinan Jokowi.
Pernah Prabowo menyerahkan kepada Muhaimin selaku rekan koalisinya untuk menentukan bacawapres. Jelas dengan cepat partai menyorongkan nama Cak Imin sendiri. Toh sama dengan AHY yang tidak ada kesepakatan dan apalagi sampai deklarasi.
Semua masih belum yakin dengan partner dan juga kolega mereka, terutama mengenai keterpilihan dan kapabilitas calon, dalam hal ini AHY ataupun Cak Imin. Keduanya belum cukup meyakinkan pasangan yang akan mereka dampingi.
Semua bentuk pengenalan diri, kampanye, jargon, narasi, opini sudah dikerahkan, toh tidak cukup meyakinkan Prabowo atau Anies Baswedan, pun untuk publik. Mereka tidak cukup memiliki apapun untuk sekadar dilirik publik. Jangan lupa bahwa pulung, wahyu, daru, dan juga dewi fortuna itu tidak bisa diingkari. Tidak akan ada yang bisa iri, pengin, dan bisa dialihkan.
Apa yang mereka lakukan, AHY atau Cak Imin malah menjadi sumber olok-olokan, bukan memperoleh ketenaran. Sedikit berbeda, bahwa Cak Imin tidak harus menjadi calon, dia cukup memperoleh kompensasi sepadan. Lain dengan AHY yang patok bangkrong harus capres atau cawapres.
Kedua parpol memang cukup seksi, namun tidak juga gede, sehingga orang bisa mengatakan, dapat digantikan kog dengan mudah. Lihat saja apa pun manufer dari PKB atau Demokrat tidak diambil pusing oleh rekan mereka. Diperlukan hanya aman PT dan bukan kawan setrategis, gak ada lu, selesai.
Salam Penh Kasih
Susy Haryawan