Demokrat, Teriak Kudeta Malah Mau Kudeta?
Mereka sama sekali belum terdengar menyumbangkan apapun, padahal biasanya kalau melakukan sesuatu selalu dibesar-besarkan. Penguat yang lain, mereka tidak peduli di tengah pandemi, sedang parah-parahnya, namun meminta presiden mundur dan menilai gagal.
Seruan presiden mundur, ganti presiden, Jokowi End Game, sedikit banyak adalah istilah dalam perebutan kekuasaan, atau kudeta. Susah melihat pembenar atau dalih bahwa itu bukan suksesi.
Mengapa ada dugaan mereka mau kudeta?
Kedua, desas-desus memang mengarah ke sana. Berseliweran pada media sosial, nama-nama kader dan elit Dmokrat, atau merujuk pusat partai ada disebut. Ini masih sebatas isu, karena hanya berupa desas-desus, kadarnya kalah dengan nomer satu.
Ketiga, apa yang disampaikan sering tanpa dasar yang kuat. Asal bicara, asal melontarkan apa yang kontra dengan kebijakan pemerintah. Hal yang sering tidak ada kepentingan nasionalnya, selain keinginan kelompok.
Keempat, tidak hanya sekali dua kali, mereka menyatakan pemerintah gagal, kudu turun, dan sejenisnya. Ini jelas-jelas tindakan secara tata negara adalah perbuatan kudeta atau makar.
Umum anak-anak biasa bercanda soal siapa yang kentut adalah yang berteriak paling kencang. Kog nampaknya hal yang sama demikian. Apa yang AHY teriakan itu keknya adalah apa yang mau dan kini ia lakukan. Lebih parah pada pemerintahan yang sah, menang pemilu dengan berdarah-darah.
Jangan terulang, di mana presiden-presiden pekerja dilengserkan dan malah presiden nol prestasi menjabat berlama-lama. Entah penyakit apa bangsa ini, ketika pejabat pekerja malah dimusuhi.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan