Ducati-Mandalika, Pegawai Pajak, dan Amanah
Semua ingin seperti Arab, pakaian, kata-kata, perilaku, dan juga pola pikir. Padahal berbeda antara Arab dan Islam. Jangan kemudian mengatakan ini adalah penistaan agama. Sama sekali tidak. Bedakan antara agama dan budaya Arab.
Kisah yang terjadi memberikan bukti, kata Presiden Jokowi itu benar adanya. Dua kisah yang memberikan fakta pernyataan itu tepat,
Kisah panitia balap GP di Mandalika yang membuka box motor dari pabrikan Ducati. Ini sebuah kejadian memalukan. Wajar dikatakan bangsa ini mundur 40 tahun dalam era modern. Hal sepele, soal amanah, kepercayaan, dan komitmen mengenai tugas dan tanggung jawab.
Kisah kedua, penangkapan pegawai pajak yang menerima pembayaran dari wajib pajak yang mengupayakan perubahan nilai pajak yang harus dibayar. Lagi-lagi ini adalah amanah, kepercayaan dari negara dimanipulasi dan diperjualbelikan demi mendapatkan keuntungan pribadi.
Pegawai pajak ini sudah berkali ulang ditangkap karena pola yang sama. Pesimis bahwa keadaan sudah jauh lebih baik. Perubahan mungkin iya, namun lebih baik sebagaimana diharapkan, masih jauh. Gaji dan remunerasi yang berlipat ganda tidak cukup karena mental kere, dan mengejar gaya hidup.
Beberapa alasan di mana negeri ini memiliki kapasitas dan kepercayaan yang sangat minim?
Pendidikan. Lagi-lagi soal hapalan, bukan aplikatif dalam hidup sehari-hari. Pokok lulus sekolah, nilai bagus, entah caranya dari mana. Masalah krusial yang belum pernah ada pebenahan secara mendasar.
Keteladanan. Lihat saja para pemimpin dan elit. Para pekerja, pihak yang amanah malah dijadikan bahan caci maki, fitnah, dan selalu menjadi heboh. Yang maling, diem, membagikan hasil malingan, mendapatkan apresiasi tinggi.
Penyakit yang entah kapan akan sembuh. Harapan tetap perlu dikedepankan.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan