Siapa Membegal Elektabilitas AHY?
Rontoknya elektabilitas AHY dari 3% menjadi 1.9% sebagaimana rilis survey Kompas, biasa menjadikan mereka bak kebakaran jenggot. Lumayan besar hanya satu digit hampir separo melayang. Padahal ada rivalnya yang melambung sangat tinggi.
Mengapa sih, potensi suara AHY yang hanya segitu harus pula tergerus? Beberapa hal layak kita cermati bersama,
Satu, bayang-bayang SBY masih begitu dominan. Bagaimana pemimpin masih menjadi bayangan si bapak yang 11 12 tipenya, baperan dan sensian begitu. Susah melihat AHY adalah pribadi mandiri.
Tiga, pengalaman pemerintahan SBY itu publik masih ingat banget. Belum lama, dan itu penuh dengan drama dan kegagalan. Lha mosok ketika melaju kencang ala Jokowi mau diajak atret lagi, siapa yang mau coba?
Empat, keberadaan AHY yang tidak orisinal, susah menjadi pemimpin masa depan. Bagaimana ia membuktikan mengatasi konflik internal saja tidak mampu. Penyelesaian berhadapan dengan Moeldoko itu sederhana, malah melebar ke mana-mana.
Menyalahkan Jokowi, kini Yusril, ini kan aneh dan lucu. Hadapi saja di meja hijau dan selesai. Poin gede didapat.
Enam, prestasi dan rekam jejak SBY itu buruk. Kog AHY menduplikasi, publik jelas bosan. Ini masalah yang perlu disadari dengan baik oleh mereka.
Tujuh, kader dan elit Demokrat kelas penjilat alias ABS. Kesalahan bahkan halu Agus, Ibas, dan SBY disorakin dan didengungkan bak puncak prestasi. Ini lagi-lagi persoalan mendasar yang tidak mau diterima oleh AHY dan SBY.
Delapan, menghajar Jokowi fokusnya. Masalah di dalam diri tetapi nyasarnya Jokowi. Pendukung Jokowi itu gede dan militan. Wajar kalau Elektabilitas AHY malah rontok duluan. Kalah segalanya.
Sembilan. Visi dan misi AHY nol besar. Kinerjanya pun belum terbukti. Bagaimana bisa mengaku diri pantas menjadi presiden.
Jadi teringat kata Prabowo, konon sih, yang mengatakan, kita pahamlah pemikiran mayor itu seperti apa. Publik juga pastinya memiliki pemikiran yang identik.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan