Ibas dan Hambalang Duka SBY Mendalam
Konpres kubu KLB dilakukan di Hambalang. Fokusnya menyadarkan publik soal korupsi yang masih meninggalkan pihak yang belum dibui. Siapa dia yang disasar? Ibas. Ini sangat memilukan bagi seorang bapak. Dua anaknya yang dikasihi harus menjadi bulan-bulanan politik.
Perang puputan, Baratayudha, Hambalang lautan api kali ini benar-benar terjadi. Kubu KLB menyasar inti dan jantung hati SBY. Dua simbol paling hakiki dipanah dengan telak.
Hambalang. Ini adalah simbolisasi korupsi dan kegagalan SBY secara mendasar. Tour de Java langusng balik kanan, begitu Jokowi meninjau dan hanya geleng-geleng kepala.
Betapa banyak elit dan kader Demokrat yang harus menghuni bui. Ada Anas, ada Angelina Sondaag, ada Nazarudin, dan masih ada yang lain. jargon paling telak dengan katakan tidak pada(hal) korupsi. Ada satu yang disebut belum ikut diusut, padahal disebut. Siapa dia? Ibas.
Ibas. Ini adalah putera SBY yang dijadikan politikus untuk menguasai Senayan. Abangnya AHY sudah lebih dulu menjadi bulan-bulanan. Nah ketika adiknya juga ikut dibantai, mana ada bapak yang tidak pilu.
Kedua anak menjadi makanan untuk disantap sebagai makanan politik sangat empuk. Ini tentu meremukan hati seorang pepo. Kondisi yang sangat dipahami dengan baik oleh kubu KLB.
Demokrat itu remuk karena Hambalang, kata Max Sopacua. Pernyataan yang sangat mendasar. Bagaimana melihat kerusakan Demokrat itu karena apa. Kejujuran yang sangat pahit.
SBY saya yakin tidak akan dimejahijaukan. Namun apa iya dengan AHY atau Ibas? Ini masalah yang sangat menyakitkan bagi Pak Beye. Padahal ada jalan dan cara lain. Rekonsilasi, islah, dan komunikasi.
Selama ini main pecat. Pendekatan pada pihak yang mendukung, meskipun itu bukan kader dan elit Demokrat. Lha untuk apa? Ini keliru.
Saatnya Pak Beye mengubah cara pendekatan pada yang berbeda. Jangan main tendang, itu malah memberikan amunisi pada pihak lawan untuk makin membesar. Rangkul jangan pukul.
Usai senja bukan untuk menyaksikan anak-anaknya berurusan dengan penegak hukum. Jangan sampai salah langkah lagi. Masih ada kesempatan, sepanjang ada kehendak baik untuk mengalah.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan