Jangan Ahokkan Risma!

Beredar video Risma, Mensos marah-marah lagi. Ada komentar pada media percakapan, mengapa orang ini marah terus. Sangat menarik, yang dipertanyakan marahnya, bukan mengapa terjadi kemarahan. Hal yang sama dulu terjadi kala Ahok, membuka kedok maling di DKI Jakarta.

Ahok dulu memaki para maling berkedok jabatan. Tidak ada yang marah pada malingnya, namun malah justru Ahoknya yang dicari-cari celah salahnya, dan mulut lemesnya mengantarnya ke bui. Hal yang sama naga-naganya mau diterapkan pada Risma.

Mensos ini sudah berkali ulang mengantar pejabatnya ke jeruji besi. Ketika ada bantuan ini dan itu, media selalu saja mengulik masalah yang itu lagi itu lagi. Data, yang diberi kerabat si penanggung jawab setempat, tapi yang disasar menteri, ketika mau dilakukan pembenahan, resistensi itu sangat besar.

Mengapa seolah susah membenahi birokrasi?

Enak, mudah, dan aman sejahtera tanpa kerja. Risma, Ahok, Jokowi itu model pekerja. Mengajak orang bekerja. Ya ogahlah, orang yang sudah terbiasa ongkang-ongkang kaki kog disuruh bekerja. Masalah klasik ASN apalagi kemensos, banyak doit, banyak pekerjaan sebenarnya, namun  bisa dengan enteng dinafikan.

Tabiat, budaya, dan seolah menjadi kebiasaan bangsa ini, para pekerja itu dihajar. Bagaimana lagi-lagi Jokowi dicerca setiap saat, Ahok juga, kini Risma. Kapan pernah dengan cercaan pada Eddy Prabowo, Juliari, sebelum ditangkap, atau Anies yang merusak Jakarta? Tidak pernah ada.

Kapan SBY disoal membuat banyak proyek mangkrak? Tidak ada. Jokowi yang membangun malah dihina dikatakan rakyat tidak makan semen. Lagi-lagi, kebalik-balik otak dan perilaku bangsa ini.

Jokowi, Ahok pribadi kuat, Risma tidak cukup dan sekuat mereka berdua. Jelas berbeda. Tetapi pukulan dan hantaman itu selalu saja ada dan akan terus ada. Mengapa demikian?  

Negeri ini dominasi pejabatnya bermental makelar, calo, dan mental kere. Mereka hanya mencari fee, komisi, dan bagian untuk diri dan kelompoknya. Negara, masyarakat kacau, miskin, tertindas mana peduli.

Lihat saja, siapa yang dihantam dan disikat, justru orang-orang yang bekerja. Bagaimana perilaku mereka pada aparat dan pejabat yang tidak bekerja? Diam saja. Ini aneh dan lucu.

Harapan tetap harus digelorakan. Orang baik masih banyak. Hanya orang waras tetap kudu bersuara, bukan diam saja.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply