Jokowi dan Kutil Politik

Kutil itu benjolan atau bintil kecil yang ada di dalam badan. Biasanya karena virus, namun tidak membahaykan, apalagi mematikan. Cara penularannya dengan kontak dengan  kutil itu, bisa dalam satu badan atau antarmanusia.

Bintil kecil ini bisa diatasi dengan sangat mudah oleh tenaga medis profesional. Bisa pula didiagnosis sendiri.  Sudah dinyatakan tidak berbahaya, namun secara estetis, dalam pandangan pihak lain, sangat tidak elok. Mengganggu pemandangan. Bayangin saja di tengah mulusnya kaki, ada bintik-bintik yang sangat buruk.

Kini, akhir-akhir ini, peta perpolitikan juga mulai seperti virus, menjadi kutil dalam badan negeri yang sedang berusaha sangat keras mengatasi pendami.  Namun apa daya, ada virus yang mengutil dengan ribut yang sangat tidak bermanfaat. Apa sih urgensinya meributkan warna pesawat kepresidenan?

Ada narasi yang menyoal dana 2 M hanya demi warna pesawat. Halooooo, berapa saja uang yang sudah pada diembat elit, terutama yang  teriak kenceng saat ini. pengecatan pesawat yang masuk dalam ranah pemeliharaan, bandingkan dengan pengecatan aspal, atap dan kolong jembatan, genteng rumah warga?

Kog pada diam saja? Itu anggarannya lebih gede dan mana pertanggungjawabannya coba? Ini sih rasionalisasi yang mencari pula kejelekan yang dilakukan pihak yang berseberangan. Namun, ketika bicara kepedulian, apa sih yang sudah mereka lakukan? Demokrat, PKS, dan SJW yang hanya modal omong tanpa aksi nyata.

Kutil

Jokowi tetap bekerja, mengejar ketertinggalan sekian puluh tahun negeri ini atas bangsa lain. kutil-kutil itu tidak dianggap. Pernyataan anak Cikeas yang mengatakan menuju negara gagal sudah dijawab dengan sangat mantab dan jelas, pertumbuhan ekonomi mencapai 7% lebih. Ini bukti bahwa kutil itu tidak mengusik Presiden Jokowi.

Pribadi yang tahu dengan baik apa yang harus dilakukan. Mau teriak di mana saja asal tidak membahaykan bangsa dan negara, apalagi menyasar pribadi, tidak mendapatkan perhatian, apalagi sampai menjawab.

Kutil saja di dalam prestasi yang moncer. Ini mengganggu namun tidak menghalangi langkah lebar Presiden Jokowi. Harusnya malu para elit yang menempl bak benalu hanya karena mempertahankan masa lalu mereka yang sangat buruk, gagal, dan tidak mampu membawa perubahan yang signifikan.

Salam penuh kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply