Jokowi Memang Terlalu

Ketika ada pertemuan dengan Amerika Serikat, Jokowi menjadi bahan olok-olokan di media sosial. Pelakunya ya itu-itu saja, Rocky Gerung, oposan dan barisan sakit hati. Yang katanya tidak disambut protokoler kepala negara lah, usai acara, sesi photo bersama ditinggal pergi seolah tidak dianggaplah.

Ketika ada pertemuan dengan Elon Musk, lagi-lagi caci maki itu bertebaran. Yang katanya Jokowi tidak dianggap sebagai kepala negara, karena hanya diterima dengan koas, bukan jas sebagaimana kala bertemu  dengan Erdogan, yang memang sangat dipuja oleh kelompok ini. Padahal konteks pertemuan yang sangat berbeda di antara keduanya.

Eh tidak lama, malah menarik ketika Netizen dari negeri tetangga, Malaysia malah meminta tukar guling  Presiden Jokowi dengan perdana menteri mereka. Hal yang jelas-jelas mempertontonkan bagaimana penghargaan pada pemimpin yang bekerja di Indonesia ini malah kalah dengan negeri jiran.

Mereka pengin pemimpinnya itu pekerja keras, diplomat ulung, dan mau tahu prioritas yang dibutuhkan bangsanya. Salah satu jawaban candaan yang menggelitik adalah, mereka menawarkan Anies Baswedan dengan bonus rombongannya. Hal yang bisa disinyalir bahwa ini jelas pendukung Jokowi dan tidak suka dengan  Anies Baswedan dan rombongannya.

Penghinaan yang dinyatakan atas penerimaan Elon Musk ternyata hanya sebentuk negasi atas prestasi yang bisa dicapai oleh Jokowi. Bagaimana Tesla mau berinvestasi di Indonesia dan meninggalkan India.  Ini sebuah prestasi, dan peluang besar, yang memang akan menenggelamkan politikus nirprestasi yang selama ini hanya memainkan narasi kejelekan pemerintah dan memainkan sentimen agama.

Wajar ketika India, Israel, dan China sedang berlomba-lomba untuk mencapai bulan, lepas dari hegomini, Rusia dan USA, negara Asia unjuk gigi yang sepadan. Di sini malah mencaci pemimpinnya sendiri dan memimpikan surga namun tidak berani berangkat.

Miris, zaman teknologi, namun malah ribut dan ribet dengan hal-hal yang berciri akherat namun perilakunya bejat. Ini masalah yang mendasar dari negeri ini. Bagaimana penilaian moral yang tidak pada tempatnya.   Ketika persoalan yang moral harus bertindak malah abai dan bahkan seolah tidak mau tahu ada masalah.

Perlu kesadaran bahwa menghormati pemimpin itu juga mempertontonkan kesalahan, nilai moral yang baik, bukan malah mencaci maki, padahal pemimpin banyak yang ngaco bahkan maling malah dipuja. Bagaimana pertanggungjawaban moral  mereka ini?

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

 

Leave a Reply