Jokowi Mengusik Klan Soeharto
Siapa yang berani melawan Soeharto, kala era 90-an? Semua ada di dalam kendali satu orang, Soeharto. Mendengar kata tak gebug, atau senyumnya yang konon berarti maut. Labeling komunis, PKI, atau cap OT adalah kengerian luar biasa.
Subversif, mengganggu stabilitas nasional, adalah jargon yang dipakai untuk membuat orang diam dan jerih. Pembangunan dan Pancasila sebagai sarana menggebug pihak yang tidak sepaham. Hanya mempertanyakan kebijakan saja bisa hilang atau masuk penjara.
Litsus, militer ada di mana-mana dan menjadi apa saja. Bintara mencalonkan diri jadi kades pasti menang. Letnan kolonel jadi bupati-walikota, bintang dua adalah gubernur, tetapi hanya angkata darat.
Ternyata, di balik itu semua adalah kedok, upaya untuk menimbun kekayaan demi keluarga. Jangan sampai dituding mau menggulingkan kekuasaan. Teater dengan judul Suksesi saja jadi masalah. Paranoid yang mungkin diidap Soehato karena “merebut” kekuasaan. Ditularkan kepada masyarakat.
TMII Kembali pada Negara
Jalan panjang mengembalikan kekayaan negara yang dikuasai klan Cendana memang tidak mudah. Hukum telah direkayasa ala Soeharto waktu itu. Uang yang ada di Swis sudah sejak 2017 menjadi bahan, hingga UU-nya pun sudah diundangkan. Ribuan T uang negara ada di sana.
Kini, TMII diambilalih. Harapan rakyat menggeliat. Usai pengembalian aset-aset tambang. Alotnya persoalan nikel, dan tertendangnya Petral adalah langkah sulit dan tidak populer Jokowi. Ini yang membuat stabilitas politik dan keamanan menjadi riskan.
Mengapa?
Mantap Bung
Makasih