Politik

AHY, “Kudeta” Masih Lanjut, Megawati Kecolongan, dan Politik Dua Muka Demokrat

Dulu, pilkada juga mau dikembalikan era Orba, mau tidak langsung lagi. Mereka juga memainkan drama yang sama. Hal-hal demikian masih banyak, dan bisa dicek jika memang mau membuktikan.

Drama kudeta ini dinyatakan AHY, kini malah makin menjadi blunder yang tidak karu-karuan, mau memperbaiki, namun malah menjadikan masalah baru. Benar sudah ada rilis survey yang menyatakan mereka meroket, namun, apakah itu benar-benar senyatanya demikian? Sangat mungkin  hanya pada ketenaran, soal memilih mereka, sangat tidak yakin. Sekali lagi olitik cemar asal tenar bukan keahlian mereka. 

Mereka fasih memainkan peran muka dua dan politik korban. Tetapi, karena permainan yang diulang-ulang, jadi penonton sudah bosan karena mudah tertebak. Susah untuk bisa kembali mendulang keuntungan dengan cara yang sama.

Pernyataan Marzuki Ali itu bukan dalam satu bingkai untuk membesarkan AHY dan tetapi kepentingan Demokrat. Jika satu rangkaian untuk AHY dan Demokrat, tidak akan tega mengatakan bukan AHY, namun EBY yang layak menjadi ketua Demokrat. 

Kini, kendali ada pada AHY, tetapi sepanjang masih dalam bayang-bayang SBY, dan lagi tidak bisa membaca hal yang tersirat dari pada yang tersurat, ya sudah selesai. Pemimpinnya adalah AHY, tetapi permainan ini semua pihak membaca aksi dan laku SBY. Seorang pemimpin susah jika demikian.

SBY juga harus legawa, apalagi ini anak sendiri, biarlah mencapai apa yang memang mampu dijalani, jangan bantu kupu-kupu keluar dari kepompong. Itu malah menyiksa, bukan membantu. Semua ada proses dan perjuangan. Jalan itu tidak mesti mulus, dan itu yang menguatkan. 

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *