Naga dan Jujurnya PKS, Bak Novel Bamukmin

Beberapa hari lalu, Novel Bamukmin menuding pemilihan Ketua Umum PBNU sarat politik uang. Ketua terpilih tidak tahu agama. Padahal publik juga paham, siapa si Novel dengan segala reputasinya. Pengetahuan agamanya jelas lebih meragukan dirinya dari pada Ketua Umum PBNU terpilih tentu saja.

Eh kini, PKS juga ikut-ikutan jujur, dengan menyoal naga di bandara baru Jogyakarta. Mereka mengatakan, naga bukan budaya asli  Indonesia, mengapa tidak menggunakan budaya yang berasal dari Indonesai? Apanya yang aneh?

Perlu kita cermati dulu apa yang menjadi kebiasaan mereka. Apakah yang dominan  istilah mereka di dalam berpolitik?  Bahasa, kata, istilah, dan juga isunya. Arab, agama, dan bahkan ada buku pegangan untuk menjadi anggota PKS itu sama sekali tidak membahasa sejarah bangsa, UUD, Pancasila, ataupun hal ihwal berbangsa.

PKS

Mereka juga satu-satunya partai yang  enggan menggunakan dasar ideologis Pancasila. Hayo dasanya apa? Malah ideologi asing bukan? Bagaimana mereka mempertanggungjawabkan bahasan dan istilah mereka sendiri saja belepotan.

Kebiasaan dan pergaulan mereka juga bersama-sama dengan orang-orang yang biasa mengenakan pakaian khas Timur Tengah, apakah jubah, penutup kepala ala Rizieq, Novel, Bahar smith itu berakar dari budaya Indonesia?

Istilah-istilah dalam percakapan dan perpolitikan mereka juga bukan berbahasa Indonesia. Jika demikian apa namanya? Satu kata yang pasti munafik.

Mempersoalkan hal yang tidak mendasar, namun mereka melakukannya dengan sangat vulgar. Hal yang sangat jelas, gamblang, dan begitu terbuka bahwa mereka berlaku munafik. Apa iya model mereka ini layak sebagai panutan dna bahkan pemimpin negara.

Miris jika sekadar istilah, simbol saja mereka mendua, apalagi yang mendasar alias prinsip. Susah melihat mereka berperilaku bertanggung jawab.

Apa yang mereka nyatakan, sama dengan perilakunya selama ini. mendua, standart ganda, dan munafik. Mengenai terorisme, mereka selalu mencela pemerintah dan tidak mengutuk aksi  terorisme. Korupsi alias maling pun sama saja. Mereka bersuka ria atas tabiat itu.

Mengaku demokratis, tapi perilaku bertanggung jawab saja tidak berani. Salah satu ciri demokrat itu ya bertanggung jawab. Konsekuensi logis atas perilakunya, bukan malah mencari kambing hitam atau menyalahkan pihak lain.

Satu demi satu membuka kedok kemunafikannya sendiri-sendiri. Partai yang memang tidak  bisa diberi amanat untuk mengatur negara. Jangan sampai perilaku munafik seperti itu memerintah di negeri ini.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply