Negeri ini Tidak Oke di Tangan Jokowi
Dikit-dikit demo, tuntutannya Jokowi turun. Aneh bin ajaib, berkali-kali presiden tidak berbuat apa-apa untuk membangun, namun tidak sesering presiden dari bawah ini menerima tuntutan dan demo. Ada saja alasannya, pengajuan RUUlah, tanggal cantiklah, atau karena reunian kelompok itu-itu saja.
Kondisi itu seolah-olah tidak benar terus. Layak untuk diturunkan dan digantikan, embuh siapa yang mau menjadi pengganti. Wong nyatanya agendanya juga tidak jelas dan kepentingan apa di balik itu sama sumirnya. Pokoknya Jokowi ganti.
Jokowi sih memang membuat banyak pihak tidak oke dan enjoy sebagaimana masa-masa lalu. Mereka ini berkolaborasi namun juga saling bersaing karena rebutan posisi tertinggi di negeri ini. Kekuasaan yang akan dimanfaatkan menjadi peluang untuk merampok negerinya. Bandit demokrasi yang sebenar-benarnya.
Pembangunan yang masif hingga pelosok-pelosok desa. Terminal yang dibongkar pasang setiap saat, bangunan megah, pegawai negeri bermobil dan bergaya hidup mewah, aparat yang gemuk, sehat, dan selalu memegang smartphone kapan saja dan di mana saja. Ini kan menunjukkan kemakmuran dan kesejahteraan. Lha koq pada demo?
Beberapa pihak yang menilai Indonesia tidak oke itu adalah,
PIhak asing, yang biasanya ngadalin pejabat Indonesia yang tamak. Memberikan sedikit upeti untuk bisa mengeruk kekayaan negeri ini. lihat Freeport, tambang minyak yang biasa untuk bancaan, kini dikelola sendiri. Wajar mereka parah dan menggerakkan jaringan mereka yang sama-sama sewot.
Kolega pihak asing ini menjelma dalam banyak sisi. Ada barisan sakit hati. Hidupnya isinya menebarkan kebohongan. Mengatakan negara tidak baik-baik saja. Utang makin gede dan membahayakan. Padahal periode lalu, utang dan dikemplang sehingga pejabat dan elit partai penguasa masuk bui, kog tidak gembar-gembor utang?? Aneh gak sih?
Mereka ini terdiri atas birokrat mogol yang merasa sakit hati karena tidak bisa mengutip upeti, padahal di masa lalu untuk mencapai jabatan itu modal gede. Saatnya panen, eh ganti pemimpin yang tidak menggunakan model yang sama.
Kalah bersaing karena tidak punya kapasitas, selain narasi dan memanfaatkan koneksi. Mereka ini marah wong biasanya pesta pra tanpa kerja, sekarang kudu kerja keras dan tidak bisa maling. Tidak hanya kalangan elit, ini seluruh lapisan masyarakat yang bisa enak-enakan dapat doit, kini harus bekerja.
Enak kog kekuasaan itu, dan mereka kaya raya. Semakin lama Jokowi berkuasa, bisa-bisa UU Penyitaan Aset hasil korupsi gol kan cilakan. Mereka tentu enggan untuk mengembalikan malingannya. Bisa autokere jika demikian.
Negara ini baik-baik saja. Kacamata pembenci dan juga masa lalu yang kini tercekik yang memprovokasi jika negara tidak oke. Mereka sebenarnya tidak banyak, hanya saja punya uang gede karena bukan kerja keras, akhirnya untuk modal melakukan tindak buruk terus menerus.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan