Partai Demokrat Mau Selamat atau Sekarat?
Tingkah laku elit Partai Demokrat, makin membuat mual. Jarang melontarkan gagasan yang brilian dan berdaya guna. Bagaimana tidak, lebih cenderung kontraproduksi. Malah lebih sering menjadi bumerang dan menohok kepada pemerintah sebelumnya, yang dipegang sang bos besar mereka sendiri.
Beberapa hal yang layak dicermati, terutama oleh SBY yang suka atau tidak, rela atau tidak, itu pemegang tunggal atas apapun yang terjadi pada partai mercy ini. Harus bersikap, jangan hanya senang menerima laporan dan pernyataan bagus. Benar, bahwa ada rilis Partai Demokrat naik dalam survey, namun apakah itu valid, atau hanya semu?
Mengapa demikian?
Dua, persoalan yang sangat lepas dari Jokowi pun digunakan untuk memojokkan presiden. Contoh, bencana, pandemi, dan hal-hal remeh lainnya. sedikit berkelas, namun abai mikir panjang, menolak UU untuk disyahkan. Anehnya, selama proses mereka mandah saja, mengapa di ujung menolak.
Tiga, penanganan pandemi, seluruh dunia juga belum ada yang mengalami, belum juga ada yang bisa mengaku dan menglaim sukses. Nah, mengapa mereka malah merujuk bertanya pada SBY? Memangnya SBY siapa dan pernah sukses apa?
Lima, menyerang Jokowi itu sebuah kesalahan fatal. Mengapa? Jokowi memiliki penggemar dan pemilih sangat besar. Ini adalah pemilih yang sangat bebas untuk bisa digaet untuk memilih calon dari Partai Demokrat. Siapapun itu. Ketika malah mengambil jarak dan bertolak belakang, ya sudah, jangan harap bisa memanfaatkan itu.
Enam, cara ngaco, politik cemar asal tenar sudah tidak laku. Resisten sangat kencang, eh malah mmbalas dengan kenceng juga. Antipati makin kuat. Itu ya akan dialami Demokrat untuk 24 nanti.
Susah melihat Demokrat selamat jika masih seperti ini untuk dua hingga tiga tahun ke depan. Rakyat itu makin cerdas. Elitnya malah makin malas. Jika SBY masih bersikukuh dengan cara ini, yakinlah, makin jebol keberadaan Demokrat yang sudah bobrok itu.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan