Partai Demokrat yang Makin Sekarat
Entah apa yang ada dalam benak Andi Arief kala mengaku teman Munarman dan minta rekannya itu dibebaskan. Padahal dalam ranah teroris, yang mendukung, minimal mengeluarkan pernyataan yang pro, bisa ditangkap. Itu model UU yang antisipatif. Di sini memang enggak sih.
Padahal itu juga oksigen bagi aksi teror, adanya dukungan mau langsung atau tidak. Mengapa sih, kog sengaco itu Partai Demokrat?
Pertama, ini sih caper dari partai besar menjadi gurem. Apapun dilakukan, sepanjang itu berlawanan dan memperburuk citra pemerintah. Mau berkoalisi dengan iblis sekalipun diiyakan saja.

Kedua, mereka malu karena ketahuan borok dan bopeng selama memerintah. Ingat, aksi pemerintah ini bukan hanya satu sisi, menghajar teroris, tetapi juga menyikat maling zaman lampau. Dua-duanya subur di masa pemerintahan Demokrat.
Soal radikal, fundamental, intoleran juga merajalela. Buku Ilusi Negara Islam Indonesia rekomendasi dari Nu dan Muhammadiyah terbit tahun 2009, dibiarkan oleh SBY. Padahal itu membahas bagaimana NU dan Muhamadiyah dibusukan oleh anasir kaum ekstrem kanan.
Ketiga, melihat sepak terjang dan capaian pembangunan yang Jokowi dan jajaran capai, bisa membuat pendahulunya malu dan perlu mencari cara agar tidak semakin dipermalukan. Nah, upaya ketidakstabilan dengan menyokong teroris bisa jadi pilihan.
Keempat, ikut mengail di air keruh kelompok ultrakanan, FPI dan jajarannya. Selalu positif nada mereka pada FPI, termasuk pembubaran. Mereka, Partai Demokrat memelihara dan menjadi sangat besar karena era Partai Demokrat menjadi penguasa.
Kelima, minim prestasi dan kader bermutu. Akhirnya ikut semua arus yang menguntungkan. Salah satunya adalah menghajar orang besar. Padahal selalu saja kalah, kog ya masih saja dilakukan.
Masalah pada tim sukses, malah ketua pemenangannya saja sengaco ini, mengaku teman teroris, ya sudah, jika sekarat itu karena laku sendiri. Jangan salahkan pihak lain. Pilihan-pilihan ngaco yang diulang-ulang.
Mutu kepemimpinan, SBY-AHY memang rendah. Tidak ada yang bisa diharapkan lebih lagi. Kebesaran masa lalu itu kecelakaan sejarah juga.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
Masih ingat, tidakl pernah mencoblos Demokrat..
Ogiaaaaaah ha ha ha