Politik Abai Nalar
Nanti, akan banyak diuraikan ketiadaan nalar dalam banyak perilaku politik, baik politikus ataupun pemain badut politik lainnya. Mengatakan apa yang jelas-jelas sebuah kebohongan, sangat gampang diperoleh negasi atas apa yang telah dinyatakan.
Anies Baswedan berbagi kisah sukses membangun Jakarta di Surabaya. Sukses apanya sih di Jakarta, apalagi jika diperbandingkan dengan Surabaya era Risma. Jelas-jelas tidak ada apa-apanya.
Pun Fadli Zon mengatakan, agar Jokowi berlaku seperti Anies Baswedan. Padahal Anies pamer ketidakbecusan bekerja namun dibalik dengan kesuksesan membangun Jakarta, padahal Jakarta lagi banjir.
Sama juga dengan klaim kesuksesan Jakarta menangani pandemi covid 19. Padahal jelas-jelas pemrov menyerahkan kendali pada pusat. Identik, 11 12 dengan penanganan banjir dan memperbaiki keadaan sungai di Jakarta.
Hanya polemik dan ribut tanpa tindak nyata. Kemen PUPR turun tangan dan dikebut. Klaim datang lagi.
Mereka begitu getol bersuara. Lupa, abai, atau karena otak manual di dunia digital. Begitu mudah kog menemukan kebenarannya. Tidak perlu ahli-ahli banget, ketikkan saja di google tidak sampai semenit sudah berjibun jabawan mana yang lebih benar dan hanya klaim semata.
Keyakinan kebohongan yang diulang-ulang akan menjadi kebenaran itu sudah usang. Lagi-lagi ini dunia digital, sudah sangat mudah menemukan pembanding, itu mungkin di zaman informasi tidak secepat kini.
Ini era digital, masa di mana informasi itu sangat cepat. Benar, bahwa kebohongan, pembentukan opini juga cepat, namun sikap sebaliknya juga tidak kalah cepat.
Bagaimana bisa dipercaya, ketika politikus pengembang nirlogika demikian mau memimpin negeri yang sedang melaju dengan sangat kencang ini. manusia-manusia salah zaman yang tidak berani menghadapi kenyataan, akan tergilas zaman.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan