Politik Ngajak Gelut Demokrat, Mana SBY dengan 1000 Kawan Kurang?

SBY itu politikus yang memiliki prinsip satu lawan berlebih, 1000 kawan kurang. Miris, kini anak buah putranya malah cenderung ngajak gelut siapa saja. Menyerang bak babi buta. Padahal jelas Demokrat selalu mendengung-dengungkan santun, berperilaku baik, dan model moralis, serta religius.

Entah mengapa sekarang AHY dan para pengurus teras partai mercy ini cenderung menciptakan permusuhan dan menyerang siapa saja yang dianggap penghalang. Jokowi selalu menjadi musuh besar. Menyusul Moeldoko, KSP, dan kini Yusril Ihza Mahendra.

Menjadi aneh, ketika politik itu mencitrakan diri baik, kog partai ini malah membuat gambaran buruk dengan menjadikan siapa saja seolah musuh. Membangun keadaan diri besar, baik, dan bagus itu penting. Masalahnya adalah, membangun itu ke dalam, bukan malah merusak bangunan lain.

Entah, penasihat dan konsultan politiknya siapa, kog malah makin menjadi ngaconya. Padahal banyak hal yang bisa dijadikan bahan untuk menaikan posisi. Jual saja kemudaan AHY dan kader Demokrat sebagai komoditi. Lha malah cela sana-sini.

Politik
SBY

Usai menuding Megawati menggulingkan Gus Dur, mengaku kesleo lidah. Sama juga dengan AHY yang menuduh Jokowi mengudeta dirinya. Sama, mengaku salah dan Jokowi tidak tahu apa-apa. Identik halnya dengan Yusril yang dijadikan musuh bersama satu partai. Melabeli dengan pengacara 100 M, kini meminta Yusril cuci muka.

Pembentukan opini publik yang dikritik sendiri oleh AHY, namun dilakukan. Menyerang buzzer, namun mereka sendiri memakai. Hal yang memalukan sejatinya dipiliha oleh partai yang sempat menang pemilu besar-besaran ini. Apakah ini menunjukkan kemenangannya dengan cara yang sama dengan pola pikir mereka ini?

Tuntutan ke pengadilan itu salah satu ciri demokratisasi. Nah, aneh ketika partai dengan nama Demokrat malah takut dengan peradilan. Padahal ini adalah jalan terbaik untuk membuktikan pada publik jika mereka demokrat tulen.

Apa yang terbaca hari ini adalah, mereka itu abal-abal. Pembuktian AHY mampu sama sekali tidak ada. Urgensinya apa dengan menebarkan permusuhan pada semua pihak demikian? Merugikan partai malah.

Kader yang tidak kompeten. Asal bapak senang menjadi landasan berpikir. Ya sudah politik cemar asal tenar menjadi panglima. Miris, anak muda, pola pikir manula. Senja kala menanti.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply