Prabowo Menolak Anies Baswedan
Prabowo Menolak Anies Baswedan
Surya Paloh bergerilya, bersafari, dan bersilaturahmi ke mana-mana. Semua petinggi partai dan juga Jokowi sudah disambangi satu-satu. Terakhir kemarin Prabowo. Rata-rata jawabannya no, atau tidak mau bergabung. Tetap dan tinggal tiga parpol kelas bawah yang mengusung bakal capres Anies Baswedan.
Sejak Oktober manuver yang bagi Surya Paloh akan menguntungkan Nasdem atau partainya, eh malah makin mempersulit keadaan besutannya itu. Menteri-menterinya yang terancam dicopot di penghujung kabinet, malah juga santer dan mondar-mandir KPK, kontraproduks malah.
Pencapresan juga sama sekali tidak ada titik terang. Apalagi Demokrat yang sangat mendapaatkan keuntungan, tentu saja ngebet, tapi masih enggan deklarasi. Kedatangan Dubes Amrik ke kantor DPP PKS menyegerakan partai putih itu untuk deklarasi.
Prabowo pun mengatakan tidak pada undangan Surya Paloh. Mengapa demikian?
Pertama, posisi keduanya mengincar posisi presiden. Aneh saja kalau Prabowo sudah dua kali berkompetisi menjadi capres, kali ini harus turun menjadi cawapres. Mana ada orang malah degradasi. Aneh dan lucu saja, mosok sudah dua kali berdarah-darah bertarung pada posisi puncak, kini turun.
Kedua, Gerindra dan Prabowo jelas lebih besar dari Anies Baswedan, Nasdem, PKS, ataupun Demokrat. Perolehan suara sangat besar dibandingkan ketiga parpol ini, mosok malah Prabowo yang di bawah Anies Baswedan. Lucu lah, dan tidak patut.
Ketiga, dalam survey-survey Prabowo lebih menjanjikan dibandingkan Anies Baswedan yang dalam beberapa waktu ini cenderung stagnan dan bahkan turun. Artinya, jelas lebih menjanjikan Prabowo sendiri dari pada bergabung dan turun kelas.
Keempat, posisi Anies Baswedan dan Surya paloh makin sulit. Suka atau tidak, kebersamaan minimalis dengan partai-partai kecil itu riskan. Apalagi mereka belum mendapatkan titik temu yang cukup menjanjikan.
Kelima, keyakinan publik mengenai intervensi atau keterlibatan Barat, Amerika Serikat tidak bisa dianggap sepele. Amrik itu masa lalu dan mencari-cari kekuatan kembali, salah satunya Indonesia. Mosok negara yang sudah dalam rel yang tepat harus mundur dan malah kembali menjadi gedibal karena elit tamak.
Penolakan Prabowo memperlihatkan, bagaimana negeri ini kudu dibangun oleh anak bangsa yang benar-benar cinta negaranya, bukan demi mengeruk kekayaan negeri sendiri untuk bangsa lain dan kepentingan pribadi dan golongannya.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
Perpolitikan kita kian menarik untuk diperbincangkan.