7 Fakta Jokowi Raja Hutang Kata Didik J. Rachbini

Tiba-tiba ekonom dan juga politikus Didik J. Rachbini mengatakan Jokowi itu raja hutang dan kini menyembunyikan lebih dari separo nilai hutangnya. Menarik karena hanya satu orang ekonom yang menyorot, dan dalam waktu yang berdekatan dengan SBY berbicara mengenai hutang negara.  Layak dicermati hal-hal berikut.

Pertama, mengapa hanya Didik J. Rachbini yang mengatakan itu. Padahal ekonom yang oposan sangat banyak. Contoh nyata ada pada Rizal Ramli, dia sering mengatakan minir soal pemerintah dan terutama Menkeu Sri Mulyani, toh diam saja. Cukup aneh, karena itu kapasitas dia dan kesempatan yang bagus untuk melakukan manufer, karena malah ia pernah salah dan minta maaf, apalagi menyembunyikan utang segede itu.

Ada pula Ichsanudin Noorsi, sama juga oposan, ada pada kelompok KAMI lagi. Senjata gede mosok tidak dipakai, cukup aneh dan lucu, dari pada omong PKI kan lumayan omong utang, kalau benar.  Suka berteriak dengan lantang,  jadi mengenai takut sangat kecil.

Kedua, jangan lupa, kini era keterbukaan, mosok hanya Didik yang tahu, sedangkan ekonom di atas tidak, apalagi dewan. Pendukung pemerintah memang mayoritas, tetapi jangan lupa, kinerja oposan itu mengulik barang yang tersembunyi. Lha pendukung pemerintah namun barisan sakit hati juga tidak kurang banyak. Mosok mereka diam saja.

didik

Aneh dan janggal, padahal ini juga potensi melanggar UU yang sangat mungkin untuk menjungkalkan pemerintah secara legal. Lha upaya ilegal saja mereka lakukan berulang, mosok yag legal diam saja. Artinya jelas. Pun dengan Demokrat yang ngotot menciptakan ketidakharmonisan dan kepercayaan kepada pemerintah. Tidak akan melepaskan kepentingan demikian gede di depan mata.

Ketiga,  media yang memberitakan hanya media kecil dan beberapa media tidak terkenal. Cukup janggal, berita seheboh itu tanpa sambutan dari media. Soal hutang yang biasa-biasa saja, banyak ditemukan bukti sebaliknya saja kadang media gede ikut memberitakan. Apalagi ini, menyembunyikan hutang lho, lebih gede lagi.

Keempat,dalam pemberitaan itu juga dinyatakan, Menkeu Sri Mulyani hanya marah-marah kalau diberi masukan, salah sendiri mengapa marah. Beberapa hal bisa  menjadi landasang, satu, Sri Mulyani pernah menjadi menteri di dua kabinet. Era SBY, baru saja SMI menyatakan penuh tekanan, bukan kali ini tekanan itu, maka ia mundur dan memilih ke Bank Dunia. Bisa dicek, data sangat melimpah mengenai hal demikian.

Dua, tampilan SMI selalu ceria, lihat saja usai vaksin bagaimana wajah Menkeu, bisa dibandingkan pada periode lampau. Artinya, apa iya tertekan dan ia memilih tetap saja, padahal pernah menghadapi situasi yang sama dan memilih pergi? 

Kelima, Didik ini pernah menjadi anggota dewan pada partai PAN artinya memang oposan. Plus ketika menjadi rival pilkada DKI 2012 melawan Jokowi ia berpasangan dengan kader PKS. Afiliasi politik dan kecenderungan politis jelas. Bukan kepakaran yang berbicara, namun kepentingan dan paradigma politik dan kepentingan.

Keenam, eranya era SJW, apapun isunya kalau menyangkut kesalahan atau kelalaian pemerintah akan mereka goreng sejadi-jadinya. Menyembunyikan hutang itu kriminal, dan kog pada diam, aneh lagi bukan? Membeli SJW mana bisa, berapa banyak yang harus dibeli dan dijinakan, hal yang mustahil malah. Toh mereka diam saja, biasanya kan tiba-tiba jadi pakar ini dan itu kalau ada isu baru, ini tidak ada. 

Ketujuh. Barisan sakit hati, ini juga identik dengan SJW berapa banyak. Mau membungkam mereka bagaimana caranya dan berapa banyak energi dan dana untuk itu. kanal Refli Harus, Karni Ilyas, Said Didu mereka juga diam saja.  Karena kompetensi mereka? Tidak juga, apapun bisa kog mereka goreng. Rocky Gerung, Amin Rais, dan masih banyak pegiat dan artis medsos dapatkan bahan. Diam itu naif lah.

Fakta-fakta di atas memberikan simpulan, bahwa itu hanya gorengan yang tidak mendasar. Semua anggaran perlu ketok dewan. Tidak semua dewan itu propemerintah, lihat saja Fadli Zon, lha malah Ribka saja menghajar pemerintah, bagaimana bisa mereka mau dikadali jika benar pemerintah menyembunyikan hutang.

Bisa saja dengan menyuap mereka untuk diam. Apa bisa? Kembali, akan menjadi bola salju untuk menghajar pemerintah dan bahkan mengimpeachment, dan itu banyak yang berharap. Toh mereka adem ayem saja. Artinya jauh dari yang ada.

Kepentingan politik, bukan ekonom yang berbicara. Susah ketika kepakaran di sini sering kacau dengan kepentingan. Mudah dibaca rekam jejak dan afiliasinya. Mirisnya banyak yang percaya apalagi tanpa mau tahu dengan membaca dan menganalisis, tidak usah ribet, berapa banyak media yang memuat, itu tidak lama bisa diketahui.

Seharusnya ini jangan dianggap sepele, pertanggungjawaban keilmuan dan media di dalam memberikan informasi yang baik dan benar.  Rakyat masih banyak yang tidak suka membaca apalagi membandingkan, asal ada yang tidak disukai langsung saja dibagikan, padahal isi dan esensinya ngaco.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply