SBY-Demokrat dan Jabatan Tiga Periode

Apa yang menjadi wacana jabatan presiden tiga periode ternyata masih begitu panas. Padahal yang disasar adalah Jokowi, namun ada rilis survey yang memenangkan SBY. Pernyataan tegas dan lugas dari Jokowi bahwa ia tidak ingin memperpanjang, oleh AHY terus didengungkan bahwa itu inkonstitusional.

Permainan politik yang lagi-lagi menghajar orang gede untuk pansos.  Sebenarnya sudah membosankan, hanya sayang, bahwa tim politik dan pemenangannya tidak punya stok alternatif menaikan elektabilitas partai mercy ini. Masa lalu yang   buruk, kepempimpinan yang lemah, pengikut yesman alias penjilat, membuat keadaan partai ini makin buruk.

Serangan menyasar Jokowi sebagai pihak yang inkonstitusional akan selalu didengung-dengungkan. Nah, ketika DPR setuju untuk merevisi jabatan presiden bisa tiga periode, maka yang akan naik panggung adalah SBY. Ia akan menyingkirkan AHY sebagai kandidat, dan maju lagi.

Survey yang menempatkan SBY mengalahkan Jokowi, jelas ke mana arah dan afiliasi politiknya. Susah meyakini itu sebagai kehendak rakyat secara nyata. Apa sih yang disumbangkan SBY dibandingkan Jokowi selama ini?

Toh, AHY dan elit Demokrat selalu saja menegasikan capaian Jokowi dan jajaran diperbandingkan dengan apa yang mereka lakukan. Padahal publik  dengan sangat mudah bisa memperbandingkan, tanpa perlu mencari referensi. Kasat mata kog apa yang diberikan mereka berdua itu. Pengulangan yang selalu menjadi olok-olokan, namun mereka bangga.

Rilis survey ini malah bagus untuk demokrasi, bahwa ada yang masih ngebet untuk berkuasa lagi, padahal capaiannya sangat buruk. Narasi cucu nabi dan keturunan Brawijaya sekadar pencitraan untuk menutupi bahwa mereka lebih  ngarep tiga periode.

Sangat mudah ditebak apa yang akan dilakukan dalam masa kampanye;

Penggunaan politik identitas. Jokowi membubarkan HTI dan FPI, mereka akan dengan suka cita merangkul kelompok ini. Hal yang merusak sendi hidup bersama mana peduli. Mereka selama ini satu barisan.

TDL, BBM, dan juga  isu pajak, harga kebutuhan akan diklaim bisa murah jika mereka memerintah. Sederhana dalam berkata-kata, namun negara menjadi terbelakang lagi, mereka mana peduli.

Menyenangkan Amrik dan pihak asing dengan kembali merevisi mengenai penguasaan tambang. Pengelolaan masih akan kembali pada masa lalu dengan model tahu sama tahu.  Pasti mereka akan dengan suka cita menyokong dana gede.

Apa yang akan terjadi adalah sama dan sebangun  dengan DKI Jakarta, mundur lagi seperti sebelum dibangun oleh Jokowi-Ahok. Yakin Indonesia mau diserahkan pada pengemudi yang membawa kemajuan pesat ini untuk mundur lagi?

Hati-hati, jangan terjebak oleh laku ala Arok ini dengan kenaifan sempit. Konsentrasi melihat dan merasa kecewa dengan Jokowi kemudian melajulah SBY dengan gagah santunnya itu. Mau negeri    ini kembali pada keadaan masa lalu yang hanya begitu-begitu saja?

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan