Siapa di Balik Dema-demo Akhir-akhir ini?

Kemarin, 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda diwarnai demo yang isinya, pelakunya, dan narasi yang diangkat ya itu-itu saja. Satu yang sama, Jokowi ganti, salawi- salah Jokowi. Miris sih, ketika ada yang  membawa label mahasewa, eh  mahasiswa.

Indikasi bahwa ini pesanan, bukan murni aksi karena sikap kritis mahasiswa adalah sebagai berikut;

Beberapa tampilan ada nenek-nenek dan kakek-kakek. Ini jelas bukan mahasiswa, meskipun dikamuflasekan dengan kelompok alumni. Coba korek sederhana saja alumni apa atau mana, mereka akan belepotan.

Mereka ini orang-orang sewaan, bukan orang yang tahu dengan baik isu terkini dan juga pakaian atau atribut yang dikenakan. Sudah barang usang sih, hanya saja duet kang demo masuk bui, kerjaan demo makin suram, tidak semarak dulu lagi.

Isu yang diusung banyak banget, ada UU Minerba, soal pecatan KPK, ada juga UU Ciptakerja, dan ujungnya Jokowi turun. Ini malah menunjukkan siapa-siapa di balik itu semua.

UU Minerba jelas kepentingan elit yang selama ini menggarong kekayaan alam negeri ini. Kini semua  dikelola negara dan para pengelolanya sudah mulai diganti dengan yang lebih waras. Tidak orang tamak dan kang garong yang tidak pernah puas.

demo

Kepentingan asing yang selama ini difasilitasi kang garong dengan leluasa maling sumber daya alam dengan sangat murah. Pemasukan untuk negara rendah, tetapi masuk kantong elit mental calo yang tidak pernah merasa cukup.

UU KPK dan pecatan TWK, jelas siapa di balik itu semua. Para pecatan sih tidak memiliki power segede itu. tetapi kan banyak kepentingan dan siapa di balik mereka. Ini soal kepentingan yang terganggu.

Kembali lagi, ini adalah soal siapa yang merasa terganggu kesenangannya selama ini. Gampang kog ditebak, yang selama ini enak-enakan mendapatkan kemudahan demi kepentingan pribadi, dan kini kesulitan, itulah mereka yang ada di belakang ini semua.

Jokowi menjadi sasaran tembak karena ialah yang susah diatur dan ajak kerja sama seperti selama ini. Elit yang  berpesta pora itu tidak suka kesenangannya dihentikan. Rakyat menderita itu bukan menjadi urusan mereka.

Ketamakan, kerakusan, dan keserakahan yang dibungkus dengan istilah dan label religius memuakkan. Sisi lain massa masih banyak yang mudah dikelabui.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply