Utang Negara, AHY, dan Lukas Enembe

Utang Negara, AHY, dan Lukas Enembe

Menarik apa yang AHY jadikan bahan “kampanye” dininya. Ia menyerang pemerintah dengan soal utang negara. Untung stafsus Menkeu menjawab secara diplomatis, bukan politis. Prastowo mengatakan AHY ahistoris dan nirkonteks mengenai keuangan negara.

Tidak mau terlalu jauh membahas soal utang dan angka-angka yang memang bukan bidang yang saya pahami.  Tetapi secara yuridis dan politis utang negara adalah warisan sejak colonial, hingga hari ini. Semua presiden atas persetujuan DPR semua utang. Ingat semua, termasuk SBY sang pepo.

Utang negara itu keputusan politik Bersama dengan DPR RI di sana ada fraksi Demokrat, dan adik AHY aias Ibas sebagai ketua fraksi, mereka sudah setuju.  Benar bahwa AHY lupa jalur atau sejarah dan juga lupa atau abai konteks. Wong faktanya pandemi memorak-porandakan dunia, terutama soal ekonomi.

Belum terlalu lama, masih berhitung hari, bagaimana ia menyoal penangkapan Lukas Enembe. Komentarnya secara garis besar ada dua. Soal Kesehatan Lukas Enembe yang belakangan tidak terbukti, dan kedua mengenai keadilan yang ia rasa menyudutkan mereka, baca kader dan yang berkaitan dengan Demokrat.

Sama sekali tidak ada kutukan atau kegeraman atas  tabiat maling atau korupsi. Sama sekali dia tidak mengambil sikap, malah cenderung pemerintah dalam hal ini KPK dianggap melakukan Tindakan semena-mena karena sakit dan juga tidak adil.

Menyoal utang, namun diam bahkan cenderung membela orang yang ngemplang doit negara, ini apa namanya?  Maaf, munafik bukan

Mengenai utang, sepanjang digunakan untuk membangun, kesejahteraan masyarakat, dalam konteks pandemi adalah memberikan bantuan bagi yang terdampak, menyediakan vaksin, pengoobatan bagi yang terserang, dan itu semua sudah terjadi dan dinilai baik oleh dunia. Belum lagi jika bicara masa lalu, Ketika SBY yang memegang uang utang itu, ke mana saja hasilnya, sehingga Jokowi kudu menyelesaikan proyek mangkrak di mana-mana.

AHY pernah mengatakan, bahwa Jokowi hanya potong pita, dan benar stafsus Menkeu mengatakai AHY nirkonteks dan ahistori dalam berbagai bidang. Mengapa Jokowi potong pita? Yak arena bekerja dan berani mengambil risiko.

Utang gede, bayangkan jika model SBY-AHY atau  Demokrat pas memimpin dan ada pandemi, mereka bisa dipastikan akan melakukan lockdown, dan mereka juga mengusulkan, bahkan memaksa, termasuk puteri AHY ikut membuat surat pada presiden. Berapa duit untuk menanggung penguncian itu?

Melihat apa yang ia nyatakan dan katakana, terlihat AHY belum paham segala persoalan secara holistik. Sepenggal-sepenggal yang mempertontonkan kemampuannya sebagai calon pemimpin.  Ketua umum partai in ikan hadiah, bukan capaian atau prestasi.

Jauh lebih baik AHY fokus   membenahi internal partainya. Dulu begitu akrab dengan narkoba dan korupsi alias maling, kini, terbaru merambah asusila. Bagaimana ketua DPRD bermain  prostitusi, direkam, diedarkan, dan ngamuk pada partner permainannya. Ini logika koplak, yang AHY pasti tidak akan paham.

Maunya promosi diri untuk 2024, eh malah mendapatkan pukulan telak, pantas Nasdem dan Anies Baswedan emoh dan melepeh mendapatkan lamaran vulgar dari mereka. Ini poin penting dan sangat mendasar, memahami persoalan saja tidak paham, bagaimana memberikan solusi.

Makin jauh dari terbentuknya koalisi perubahan, jika melihat aksi AHY yang seperti ini. Belum lagi beban yang dibawa para kadernya yang banyak menimbulkan masalah dari pada membangun sinergi untuk memenangkan ketua umumnya menjadi RI-2.

Belum banyak berubah sejak kalah pilkada DKI 2017, malah cenderung menurun karena memang tidak  ada kemampuan manajerial yang masak. Terbiasa mendapatkan fasilitas dan kemudahan, tidak membuatnya menjadi pribadi matang dan siap  bersaing.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply