Penyelesaian Masalah ala Islah Bahrawi
Negeri ini Harus juga Mendengarkannya
Dalam sebuah tayangan Islah Bahrawi mengatakan, bahwa dalam Islam sering terjadinya perselisihan, pertikaian antara islam sendiri. Mengapa terjadi? Karena sering ada masalah yang tidak diselesaikan dengan terbuka. Ingat, ini bicara mengenai penyelesaian masalah, bukan agama. Pun yang mengatakan tokoh Islam sendiri, bukan opini saya.
Penyelesaian Masalah dengan Mengakui Ada Persoalan
Menarik, autokritik ini penting. Dalam tayangan tersebut Islah Bahrawi juga mengatakan, bagaimana ISIS dan Alqaeda yang identik dalam banyak hal pun berselisih, dalam konteks Indonesia, FPI dengan penganut Islam lainnya juga tidak akur.
Semua pelaku di peristiwa 65 mengaku sebagai korban. Militer, ormas, dalam konteks ini NU yang paling banyak terdampak, Masyarakat, dan tentunya partai politik dan ormas yang ada di bawah naungan PKI. Mereka semua mengaku korban, tidak ada yang dengan rendah hati dan jujur mengakui ikut terlibat dalam kekerasan berdarah itu.

Ini masalah, lihat Afrika Selatan sudah selesai dengan apartheid, mereka mampu melakukan rekonsiliasi dengan seluruh komponen yang terlibat. Saling meminta maaf dan berjalan bersama membangun negeri. Pun di Thailand demikian, komunis bukan komoditas politik, sehingga mereka bisa membangun lebih maju dari pada Indonesia.
Sikap Mental
Selalu merasa korban, tidak berani menilik batin dengan mendalam, membuat bangs aini susah melangkah lebih jauh. Mengapa demikian? Karena menyelesaikan masalah dengan menutupi akar persoalannya. Yang ada, ya tidak tepat, karena apa yang diselesaikan belum tentu menyentuh pada dasar masalahnya.
Menghindari. Atas nama harmoni, budaya adiluhung, namun malah menyimpan bara. Lihat saja penyelesaian aksi dan tindakan intoleransi. Apa yang ada menyimpan sampah di bawah karpen merah. Permadani indah atas nama negeri Pancasila, namun di baliknya berisi sumpah yang berbau.
Beragama dengan tidak tepat. Jika beragama dengan pas, pastinya tidak akan melupakan kejujuran sebagai panglima yang utama. Mengaku dengan ksatria, bukan ngeles, membenarkan diri terus menerus.
Penyelesaian masalah model menyingkir, menghilangkan yang hakiki, akan membuat terus terulang. Kasus 65, 98, dan jangan terus menerus terulang. Bangsa ini terlalu besar, jika sekadar untuk beberapa pihak semata yang mendapatkan keuntungan. Lihat saja kemajuan negara ini, hanya begini-begini saja, karena tidak pernah menyelesaikan masalah dengan jujur, rendah hati, dan menyentuh akar persoalannya.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
