Politik Mie Instan Ala Ganjar Pranawa
Menarik apa yang ditampilkan Ganjar usai dirinya tidak diundang dalam konsolidasi di hadapannya. Ganjar menayangkan photo makan mie instan, ala anak kost. Ingat zaman kost. Beberapa hal yang menarik adalah;
Dua, satu kurang dua lebih. Ha..ha…ini bisa diasumsikan bagaimana calon pemimpin ataupun pemimpin itu ya hanya satu. Hanya punya satu kader ya kurang kuat dan menjanjikan. Tapi, jika ada dua ya bisa bingung.
Tiga, malah ada yang mengasumsikan yang ada di dalam mie itu sebagai warna-warna bendera politik. Hal yang yah, biar saja, bisa untuk hiburan. Tanpa saos merah, tiadanya dukungan dari PDI-P. Padahal karena mie rebus memang biasanya tanpa saos.
Empat, hijauan sayur yang diasumsikan sebagai dukungan dari partai-partai agamis, seperti PKB. Sah-sah saja, namanya juga analisis.
Sejatinya, makan dan makanan menjadi sarana politik itu sudah sangat biasa. Megawati membujuk Prabowo agar tidak ngambeg berkepanjangan dengan nasi goreng. Langsung manut dan nurut masuk kabinet Jokowi. Bayangkan, tanpa nasi goreng ala Megawati, seperti apa hebohnya politik tanah air dengan berbagai isu yang ada.
SBY juga ikut-ikutan dengan membuat warung nasi goreng, sayang karena narasi Andi Areif yang mengatakan hanya guyonan, rencana itu berantak dan layu sebelum berkembang. Padahal katanya enak.
Asyik saja politik yang ada di negeri ini. Semua bisa terjadi dan semua juga bisa menganalisis. Soal hasil mana ada yang tahu. Lha elitnya sendiri saja juga kadang ngaconya berlebihan.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan