Politik

MBG dan Permasalahannya

Antara Sabotase dan Memang Grusa-grusu

Menarik apa yang menjadi program unggulan pemerintahan kali  ini. Anggaran superbesar dari APBN bahkan menggerus anggaran untuk pendidikan.  Namun sayang, malah cenderung lebih menguar aroma buruknya dari pada baiknya.

Jangan bicara karena dukungan atau tidak memilih. Tidak demikian. Apa yang terjadi di lapangan sangat jauh dari harapan, apalagi jika bicara mengenai keadaan manusia. Seolah sepele sebagaimana kata Kepala BGN yang menyebut jumlah siswa yang keracunan masih wajar. Ini bicara manusia, jangan sampai juga yang keracunan hari ini ada masalah di kemudian hari. Ingat ini soal Kesehatan masa depan bangsa.

Grusa-grusu atau Sabotase?

Marak di media sosial yang terbaca mau mengarahkan opini public bahwa tidak ada masalah dengan penyediaan Makan Siang Bergizi ini, namun ada sabotase dari pihak-pihak tertentu. Tidak disebutkan tentu saja siapa yang menyabotase ini, cenderung mau dibawa ini soal persaingan politik. Apakah demikian? Ah enggak juga, apalagi jika mau melihat rekam jejak, pergerakan siapa-siapa yang bermain di dalam dapur umum ini.

Jelas lebih cenderung ini grusa-grusu. Pemain di balik dapur-dapur itu adalah para elit, baik parjo, parcok, ataupun anggota-anggota dewan. Hal ini tentu saja akan dibantah, namun dalam ucapan selamat atas pembukaan dapur, penuh dengan nama-nama dengan bintang di depan nama mereka, baik aktif ataupun sudah purna. Nah, apakah mereka ini kompeten dalam mengelola masak-memasak?

Kinerja utama mereka saja kacau, lihat saja mana ada sih pertahanan dan keamanan yang bekerja dengan relatif bagus? Catatan buruk berseliweran kog di media massa, baik arus utama ataupun media sosial. Apalagi ini bekerja jauh dari tupoksi, pendidikan, dan pengalaman mereka.

Lebih banyak yang mengelola itu orang-orang yang dekat dengan kekuasaan, ini bukan bicara mengenai lingkaran presiden dan wapres saja, namun di daerah juga dikelola oleh orang-orang yang dekat dengan penguasa setempat. Lagi-lagi apakah mereka kompeten dalam hal ini? Pesimis.

Menyelesaikan masalah dengan tidak pernah jujur. Mana pernah sih bangsa ini menyelesaikan persoalan yang ada dengan sungguh-sungguh dan sampai akar masalahnya? Mau kisah besar, sebagaimana G30-S, Kudatuli, lha kasus Sambo, Napoleon, atau Teddy, Gayus, Alun kan juga hanya begitu-begitu saja. Tidak pernah sampai menyeluruh.

Sama dengan  kasus MBG ini. Sekadar ribut di masyarakat dan media, semua berlalu, tanpa penyelesaian. Lihat dan bandingkan saja dengan demo yang sampah ricuh dan penjarahan. Apa yang dilakukan? Tidak ada. Semua terlupakan begitu saja.

Hal yang sama juga akan terjadi. Paling-paling diciptakan isu sehingga fokus publik teralihkan. Model penyelesaiannya selalu begitu. Realistis bukan pesimis, memang pola penyelesaian persoalannya selalu begitu.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *