Ibas Yudhoyono: Negara Gagal dan Permainan Demokrat yang Amburadul

Tiba-tiba anak memo ini bicara. Masih sama belepotan. Tapi ya maklum saja, namanya juga bocah lagi latihan bicara. Masalahnya adalah sekelas ketua fraksi DPR RI, kog seperti itu kualitasnya. 

Pandemi global yang sangat tidak mudah ini, malah dijadikan alat politik partai yang sangat kerdil. Eh dihuni para muda yang berotak kuno, kerdil, dan manja. Susah melihat Demokrat akan lebih besar  di tangan dua anak kolokan seperti ini.

Usai tahun lalu memanfaatkan anak sekolah, Amira untuk membuat surat kepada Presiden Jokowi, seolah anak paling pinter di negeri ini. Untung presiden tidak perlu repot-repot. Apalagi memaksakan untuk lockdown yang sangat tidak masuk akal.

Ibas Yudhoyono
Ibas Yudhoyono

Setahun lebih berselang, bundanya terkena virus yang sangat bandel ini. Eh bukannya mereka berjibaku bersama-sama negara di dunia untuk meringankan beban, ini malah main politik terus.

Susah melepaskan adanya dugaan Demokrat tidak di balik berbagai isu dan narasi mengenai penilaian presiden yang dinilai gagal dan salah menangani pandemi. Tidak hanya satu atau dua kali reaksi para elit partai.

Tanpa perlu kek anak kecil yang mengungkit kegagalan pemerintahan SBY, tidak usah dibahas juga sudah gamblang. Namun layak dicermati bagaimana narasi dan aksi mereka.

BEM UI, memberikan label pada Presiden Jokowi, raja basa-basi, terlalu kasar jika menggunakan kata ngibul. Bagaimana Rachland Nashidik dan Andi Arif langsung menyambar ini sebagai sebuah kesempatan. Entah, dan tidak mau tahu, apakah mereka sponsor atau malah tidak tahu malu mendompleng anak-anak.

Narasi aksi lanjutan juga mereka dukung. Padahal turun ke jalan dalam kondisi pandemi jelas-jelas tindakan bodoh, bahkan idiot, namun demi kekuasaan, mereka menyokong. Mendompleng atau menjadi sponsor sama-sama kerdilnya.

Susah melepaskan mereka tidak terlibat, karena toh, kini sang big boss pun turun gunung dengan pernyataan yang naif. Sebagai seorang ketua fraksi DPR-RI mosok tidak tahu kriteria negara gagal. 

Sayang, Demokrat sempat besar dengan karbitan, kini melayang di dalam keadaan layu yang tiada harapan. Narasi dan permainan politik yang itu-itu saja membuat publik jengah dan maaf muak. Jangan banyak berharap akan ada perkembangan lebih baik.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply