Kemarahan Anies Baswedan pada Staffnya
Menarik, Anies Baswedan marah pada jajarannya karena tidak mendengarkan instruksinya. Jabatan yang lowong tidak ada yang melamar untuk mengisinya. Ada beberapa hal yang cukup menarik untuk dicermati dengan kegusaran Gubernur DKI itu.
Lihat saja, apa yang ia lakukan selama pandemi. Membuat kebodohan dan kehebohan untuk mempermalukan pemerintah pusat. Belum lagi kerusakan Jakarta yang memang seolah terencana oleh dirinya dan beserta timnya.
Balasan yang membuat ia meradang. Padahal biasa banget ia melakukan hal yang demikian. Berbeda memang level kepemimpinannya dengan yang ia agung-agungkan dengan faktanya.

Gubernurnya hanya cengengesan dan tebar pesona yang makin memuakkan itu. Sangat mungkin mengorbankan anak buah memang sudah dan akan terus terjadi. Ini mungkin sebuah spekulasi, namun ada dasar yang cukup kuat. Ia tidak hanya sekali membuat kesalahan dan menimpakanya pada pihak lain.
Tiga, ataukah ada permainan uang yang sudah di luar kemampuan para pejabat yang mau melamar. Belum lama Bupati Nganjuk kecokok KPK karena jual beli jabatan. Terbuka kemungkinan bahasanya lelang, tetapi toh bukan ujian yang menentukan, tapi lelang dengan amplop, siapa yang tahu.
Di luar kemampuan dalam arti, bahwa si pejabat enggan mengeluarkan uang, ketika tidak mungkin bisa balik. Bisa saja demikian.
Empat, hanya setahun. Menjelang 22, di mana para pejabat tentu berat untuk mengisi pos hanya untuk setahun. Pergantian pejabat belum tentu kebijakannya masih sama. Kan repot. Ini juga masuk pada pembahasan poin ketiga di atas.
Mengaku presiden, ternyata hanya segitu kemampuan manajerial menghadapi anak buah. Disepelekan dan tidak didengar instruksinya. Jelas apa yang terjadi. Maklum warga salah pilih.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
