Politik

Parcok Nanem Jagung

Parcok Nanem Jagung

Pemerintah kali ini memang sering membuat surprais.  Kejutan bagi warganya.  Tidak hanya sekali, namun sering dan hamper terus menerus. Sayangnya, kejutan itu sering dalam naga negative, respons pasar sangat buruk. IHSG sempat rontok, dollar juga makin meroket. Ini serius, mereka tidak bisa dipaksa dengan permainan influenser atau buzzer.

Hari-hari ini citra polisi ada pada titik nadir, terendah. Lihat saja di media social, pembicaraan, video yang beredar itu  bagaimana polisi yang seolah menjadi “musuh” rakyat. Lha ada bagi-bagi takjil, masyarakat yang mau diberi malah kabur, takut ditilang. Lagi Sukatani yang membuat polisi ditertawakan itu faktual. Jangan bicara oknum, ketika sudah sistematis. Kasus Sambo, Napoleon, Teddy, belum sempat diperbaiki, malah masuk masa pilpres dan pilkada yang sangat brutal dan ugal-ugalan. Mereka ada di pusaran itu.

Eh lah dalah, menjelang Lebaran, ternyatakan, bagaimana polisi membuka lahan dan menanam jagung sekian juta hektar.   Tentu tidak ada yang salah sebagai sebuah upaya untuk swasembada pangan katanya. Beberapa hal yang layak diulik adalah:

Pertama, jagung bukan bahan pangan utama. Beras itu lebih penting dan mendesak, banyak import pula. Lha mengapa tidak meminta fakultas pertanian membuat penelitian dan riset untuk optimalisasi lahan dengan menghasilkan produk yang lebih banyak. Israel dan China bisa, mengapa RI tidak?

Kedua, konon jagung diinisiasi swasta bisa mencukupi kebutuhan. Malah negara hadir dan bisa ngaco.  Terlihat tidak memiliki konsep dan visi yang jelas sebagai sebuah negara, khususnya pemerintah. Aneh tapi kog ya dilakukan.

Ketiga, membuka lahan. Baca saja membuka hutan. Sekian juta hektar, padahal food estate kemarin, yang sekarang jadi presiden sudah Gatot, alias gagal total. Ini mengulang dengan ebih ugal-ugalan. Ngeri. Jika gagal lagi, siapa “pemilik” lahan ini, hanya akan dibagi-bagi atas nama ketahanan pangan?

Keempat, apa sih tupoksi polisi itu? Lha kasus kriminal, maling berdasi,    kekerasan dalam beragama saja masih  belepotan, terorisme dan radikalisme yang memang bagiannya. Mereka terlihat kewalahan, eh ini diperintahkan macul , lha memang bisa?

Kelima, jauh lebih “longgar” itu tantara dibandingkan polisi. Mereka lebih pas jika diminta macul dan nanam padi terutama. Lha pekerjaannya banyak, kacau pula, eh malah diberi tugas yang jauh dari pendidikannya. Memang bisa? Sama sekali tidak yakin.

Negara ini seolah dikelola dengan amatiran. Rakyat diminta bayar ini dan itu, naik ini dan itu, untuk bayarin pihak-pihak yang tidak memiliki kmpetensi. Miris. Jangan sampai nantinya adanya gerakan rakyat yang  tidak percaya. Lihat saja sudah mulai marak keberanian melawan petugas.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *