Politik Benalu ala PAN, Layak Disemprot Jokowi

Sejak awal politik PAN tidak jelas, sifat oportunis, yang penting masuk kekuasaan, tanpa mau tahu apa pandangan publik. Benar, bahwa banyak kepercayaan, politik itu kotor, penuh kepentingan, tidak ada yang abadi, dan sejenisnya. Toh partai-partai lain tetap lebih waras, bagaimana perjuangan ideologi itu jelas.

PAN ini, apalagi selama pemerintahan Jokowi dan kepemimpinan Zulkifli Hasan, terlihat gamblang, tidak tahu malu, benalu, dan pokoknya ikut berkuasa, mau kerja keras atau tidak itu bukan soal. Ini politik tebal muka, ndableg, eh diperparah sekarang nggege mangsa. Masa kampanye masih lama sudah memanfaatkan jabatan itu.

Periode lalu, ketika pilpres mereka ada di kubu lawan. Sama dengan periode ini. Ketika dukungannya kalah, masih memiliki kursi pimpinan dewan, pemilu paling bar bar sedunia kala KMP merampok jatah Senayan, mereka, PAN ini ikut. Di tengah jalan mereka merengek dan gabung pemerintahan.

Isu-isu strategis, mereka oposan. Tapi menteri masih juga ikut. Begitu menjelang pilpres, lari dan bergabung dengan komunitas, habitat lamanya. Kampanye bar-bar ikut serta, lupa kemarin ikut makan kue kekuasaan. Eh kalah lagi, dan pola yang sama dipakai.

Kini, resufle kesekian terjadi, lagi-lagi, manusia lama berdaur ulang masuk kabinet. Kasus minyak goreng yang demikian heboh tidak menjadi lebih baik, malah jadi alat pribadi. Jauh lebih buruk dari pada di tangan profesional M. Lutfi, yang memang kalah oleh permainan pedagang tamak. Lha ini jelas jauh dari kemampuan, apalagi bicara profesional.

Kasus demi kasus melingkupi pribadi dan keluarganya, masalah juga tidak jauh-jauh dari uang. Kepercayaan atas nama solidaritas, sama sekali tidak ada utang budi politik yang PAN tanamkan, sebenarnya.
Biasanya tahun politik itu setahun menjelang pemilu, ini masih dua tahun, eh sudah main api. Wajar Presiden Jokowi menegur, karena memang sama sekali tidak profesional. Komoditi yang sangat sensitif dibuat kampanye pribadi. Masih kalah sama EBY.

Jelas tidak peka akan keadaan dan stabilitas politik. Model politikus benalu, kala hanya berorientasi pada diri dan kepentingannya saja, padahal keadaan sedang panas mengenai minyak goreng ini. sangat tidak patut untuk alat berpolitik.

Tanpa teguran bisa menjadi duri dalam daging. Sejak awal publik sudah gerah, eh malah diperparah dengan tidak tahu diri. Jangan kaget PAN nanti makin terjun. Tidak ada kebaruan sama sekali.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan

Leave a Reply