Tanah Merah dan Pragmatisme Kepemimpinan Anies

Tanah Merah dan Pragmatisme Kepemimpinan Anies

Tragedi Tanah Merah jangan dilihat skala politik semata. Atau malah sekadar penguasan lahan oleh BUMN atau pengembang saja. Namun nyawa manusia menjadi taruhan karena “keteledoran” atau skultus pihak tertentu yang mau menaguk di air keruh.

Membaca-baca berita lama, tersiar bahwa Tanah Merah yang menjadi berita panas dengan segala keprihatinan karena adanya yang meninggal, itu menjadi kawasan sengketa. Satu kesamaan dari semua berita, bahwa warga yang mengaku 20 tahun sudah tinggal itu juga tidak memiliki bukti kepemilikan.

Mereka, si penghuni lama ini memandang bahwa BUMN dan pengembang juga tidak memiliki hak dengan tentu saja sudut pandang mereka.  Ini pasti tidak akan menjadi perdebatan kusir jika memakai terminologi ini.

Sisi keamanan. Bagaimana bisa sedekat itu dengan pemukiman warga, dan terjadi saling klaim warga atau Pertamina yang    menyaplok lahan. Menarik, sejak era Fauzi Bowo telah menyatakan bahwa harus ada penanganan menyeluruh sehingga tidak ada lagi korban jiwa.

Menunggu Said Didu bicara kali ini ada pada sisi oposan, dulu pas dia pejabat mengatakan, perlu parit 50 meter, jalan khusus, dan jangkauan warga minimal 2 km. Entah apa yang akan Didu katakan karena saat ini pejabat Gubernur DKI apalagi, petinggi Pertamina adalah oposannya. Pernyataannya sih dulu tepat.

Masa Ahok sudah ada wacana perbaikan di sana. Malah dimentahkan politikus nircapaian, selain sensasi dan nyusahin penggantinya. Dengan gagah  mengatakan ada cara atau jalan tengah memberikan IMB untuk kawasan RT demi bisa akses listrik dan air, karena Ahok menghentikan listrik dan air untuk hunian liar.

Apakah Anies Baswedan tidak tahu masalah sengketa ini dan pada pihak mana warga itu? pasti ia paham, tahu, dan mengerti. Hanya karena ia mendapatkan suara pemilih, maka diberikanlah rekor IMB paling aneh dan baginya itu pertama di Indonesia. Mau benar atau ngaco, pokoknya pertama.

Model demikian menjadi pemimpin? Rusak yang dijadikan lahan percobaanya, Jakarta. Masih kurang dengan   hanya anggaran yang menguap? Masih dijagoin jadi presiden dengan menumbalkan nyawa orang di Tanah Merah yang hidup di daerah sangat berbahaya begitu?

Mau nyalahin Ahok? Itu pasti, kan bisanya hanya itu. Sangat mudah dan mungkin kan akan mengatakan siapa yang berkuasa di Pertamina, padahal di balik juga bisa, siapa yang biasa manfaatin dan numbalin orang.

Rekam jejak bisa dilihat mana yang pragmatis, termasuk tidak peduli keselamatan, yang penting dapat suara dengan cara apa saja. Memberikan sertifikat, mau sahih atau bodong, yang penting milih di pilkada. Yakin, keadaan begini pura-pura lupa, atau memang skultus?

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

 

Leave a Reply