5 Syarat Presiden 24
Pilihan presiden 24 masih kurang lebih dua tahun ke depan. Tetapi para politikus dan lembaga survey sudah membara dalam semangat, memetakan siapa-siapa yang bisa berbicara banyak. Beberapa politikus yang memang ngebet menjadi presiden telah tebar pesona dengan aneka cara. Lagu lama, agama, suku, dan primordialisme lainnya sebagai cara menawarkan diri.
Photo kedua politikus ini juga sudah memenuhi jalan-jalan, di beberapa kota. Tapi, apa yang mereka lakukan sih untuk bangsa dan negara ini secara langsung, memberikan dampak atau pengaruh gede? Beberapa hal, indikasi berikut mungkin bisa menjadi sebuah sarana melihat rupa mereka.
Pertama, konsentrasi pada jabatan bukan pengabdian. Lihat saja mereka melakukan apa saja demi citra diri bukan kebaikan bersama dan bernegara. Ini adalah indikasi buruk ketika menjadi pejabat publik. Apa yang ada dalam benaknya hanya diri dan kelompoknya. Identik dengan masa lalu yang membuat negara terbengkalai selama ini.
Kedua, berprinsip religius, namun fasis. Ingat proses tidak akan mengkhianati hasil, namun jangan berorientasi hasil dengan menggunakan segala cara. Lihat saja bagaimana capaian pihak lain selalu dicela dan pihaknya padahal gagal total dan tidak melakukan apapun juga.
Menggunakan segala cara yang tidak patut, mencampuradukan politik dan agama itu jelas jauh lebih jahat dari fasisme. Termasuk dengan menggunakan ayat-ayat suci yang ditafsirkan demi kepentingan sendiri.
Ketiga, mereka-mereka ini, diam seribu bahasa dalam kasus-kasus korupsi, intoleransi, dan aksi-aksi kekerasan. Padahal seorang yang berharap menjadi pemimpin negara, mosok membiarkan yang tidak benar itu merajalela. Ade Yasin itu selain korup, juga penasihat di lembaga keagamaan.
Nah, jika mereka takut mengritik perilaku demikian, apalagi mafia yang berkeliaran di mana-mana. Minyak goreng saja mereka aktif kog, kalau korup dan keputusan FKUB diem saja. Mereka tidak dengar, atau mereka sau barisan?
Keempat, fokus pada negara, kebersamaan, atau masyarakat, bukan malah tampilan diri dan promosi atau kampanye seperti sekarang ini. Jika sejak awal adalah fokus pada diri, kelompok, dan partainya saja, jangan harap mereka mampu membangun negara ini.
Sudah puluhan tahun negeri ini dikelola orang-orang demikian, mosok mau ditambah lagi dengan model yang sama. Saatnya keadilan sosial itu benar terjadi, bukan hanya untuk memperkaya sendiri dan kelompoknya.
Kelima, nasionalis tulen. Jelas ini berkaitan dengan ideologi dan ketahanan menghadapi ketamakan bangsa asing. Penting disadari bahwa selain ideologi, juga ada kepentingan bangsa asing atas kekayaan negeri ini. Selama ini bangsa lain berpesta atas kekayaan itu, jangan sampai nanti mereka kembali untuk merampok lagi. Padahal sudah diupayakan untuk kekayaan bangsa dan masyarakat, bukan hanya untuk elit alias makelar.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan