Ganjar Berkibar, Anies Meringis
Anies yang tidak mendapatkan panggung, membuat sendiri dengan biasa, ulah. Tidak datang ke gedung dewan malah ikut acara PAN. Menarasikan balapan tamiya, formula E di tanah reklamasi. Toh tidak cukup bergaung, kalah telak dengan pembicaraan Ganjar. Ditingkahi pernyataan Natalius Pigai yang berkepanjangan.
Politik itu soal momentum, mau orisinal, atau setingan, orang kadang tidak peduli. Sama juga dengan yang terjadi pada Ganjar karena pernyataan Natalius Pigai tersebut. Atau sambutan Bonek. Susah sih kalau melihat Bonek bisa diatur, lha hanya disuruh tertib saja susahnya minta ampun. Apalagi untuk mendukung Ganjar, yang orang Jateng banget. Beda, kalau itu adalah Risma misalnya.
Masih akan cukup panjang, karena urusan lapor melapor antara Natalius Pigai dan pihak yang menilainya rasis. Makin lama, makin berkibar nama Ganjar.
Nama Ganjar yang disejajarkan Jokowi membuat namanya makin melambung. Sama sekali tidak cukup berdasar sebenarnya apa yang Natalius jadikan ujaran. Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah tidak cukup signifikan jika dikatakan perampok kekayaan Papua. Namanya juga politik.
Pada sisi lain, seorang Anies yang juga paling getol bicara pilpres malah ketinggalan kereta. Momentum PON tidak mendapatkan dampak. Timnya pasti berpikir keras dan lahirlah ulah konyol kembali. Datang pada acara partai yang sangat mungkin mendukungnya. Sekaligus meninggalkan acara dewan yang merugikannya.
Pengulangan isu formula e alias balapan tamiya, Monas yang batal dan pindah ke tanah reklamasi. Dua nama yang sangat menarik perhatian. Lagi-lagi politik cemar asal tenar.
Beda mutu, satunya asli prestasi, satunya asal tenar. Ya dapatnya seperti itu. Pemilih disodori dua profil yang bertolak belakang.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan