Pandemi, Untung Presidennya Jokowi, Bukan SBY
Secara global Indonesia termasuk peringkat atas dalam penanganan pandemi. Level regional, Asia Tenggara nomor satu bahkan. Karena keberanian Jokowi dalam memilih sikap dengan tetap menjaga kondisi ekonomi tetap masih bisa berjalan.
PSBB menjadi pilihan, di tengah gempuran ala oposan yang memaksa lockdown, dan juga bahkan SBY sebagai mantan presiden, ikut-ikutan, cucunya pun memainkan narasi ini. toh Philipina yang menggunakan penguncian kota tidak berjalan dengan baik. Peringkat terbawah di ASEAN juga dunia.
Kini, ketika sudah pada kemungkinan penghujung, pilihan sulit itu hadir dan benar apa yang dipilih Jokowi, semua yang dulu teriak-teriak meminta lockdown kini memberikan narasi buram, ketakutan, dan ancaman.
JK dengan peringatannya bahwa usai pandemi akan muncul bencana lebih dasyat. Politikus, kelas wapres dua kali, mantan ketua umum partai, masih menjabat ketua dari hal yang berbau keagamaan, namun memberikan nasihat sepesimis ini. Susah melihat apa yang disampaikan sebagai nasihat untuk berhati-hati, kala rekam jejaknya memberikan banyak bukti memang negatif dan cenderung menebarkan ancaman dan ketakutan.
Apa yang ia tinggalkan adalah sejarah buram negeri ini. Tetapi, sok menasihati, dan ternyata belum lama pilihan pikirannya itu pun gagal. Lockdown jelas terpampang bahwa pilihan tidak lebih baik.
Kedua mantan pemimpin ini susah dilihat berpikir bagi bangsa dan negara. Mereka lebih cenderung demi kepentingan diri dan kelompok mereka sendiri. Mereka sudah selesai dengan masanya. Ketika manula malah menebar kecemasan, tidak layak menjadi panutan.
Paus Fransiskus mengatakan, sungai tidak menikmati air yang mengalir melaluinya. Pohon tidak makan buahnya sendiri. Kembang tidak menghirup wanginya hanya untuknya sendiri. Saatnya berbagi dan menjadi saluran rahmat.
Untung Jokowi bukan SBY dan JK yang menjadi pemimpin kala pandemi. Orang-orang yang masih egois, mengumpulkan bukan berbagi, akan membawa bencana lebih besar.
Terus bekerja Pak Jokowi. Biar saja orang-orang masa lalu itu ditelan oleh kegelapan yang dipilihnya sendiri.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan