Ke Mana Mahfud MD?

Ke Mana Mahfud MD?

Mahfud MD selaku Menko Polhukam memang susah memperlihatkan prestasi dan kinerjanya. Pada 2019 lalu, publik juga paham, ia adalah kandidat kuat untuk mendampingi Jokowi dalam pilpres. Sayang ada telikungan mendadak dari PKB dengan Makruf Aminnya. Sudah membuat baju putih sebagai pakaian deklarasi, legalisasi surat tanda tamat belajar, sudah ada di lingkaran tempat deklarasi, ternyata buyar.

Saya berfikir, sekiranya masuk kabinet namanya masih akan berkibar dan nggendera, untuk masuk dalam jajaran elit yang bisa menjadi bakalcalon presiden bahkan, tidak lagi sekadar calon wakil presiden seperti pada pemilu lampau. Eh, kini hanya dalam radar parpol dan survey pun sama sekali tidak ada. Kalah dengan Puan, AHY, apalagi Ganjar.

Mengapa sih demikian? Toh ia masih aktif berkomentar mengenai kasus Sambo, bagaimana ada pergerakan untuk mengatur vonis yang akan dijatuhkan. Cukup aktif ia memberikan pernyataan sikap. Pun dengan masalah  gaya hidup dan dugaan penyelewengan pegawai pajak. Mahfud mengatakan sudah ada pelaporan sejak 2012 atas nama R ini.

Beberapa hal yang layak menjadi penyebab hilangnya Mahfud MD pada lingkaran elit pilpres sebagai berikut;

Pembubaran FPI dan pelarangan HTI. Ia terlihat gamang, lamban, dan tidak segarang ketika bicara Sambo dan Rafael. Padahal ini jauh lebih pas dan tepat bagi dia yang menjadi koordinator menteri terkait. Termasuk berlarut-larut, usai menteri agama kena tendang dan diisi Yaqultlah FPI dan HTI benar-benar bisa dijadikan ormas terlarang. Toh faktanya tidak berjalan sebagaimana pelarangan PKI.

Kembalinya Rizieq dan konflik ikutannya. Mahfud terlihat keberatan penyitaan aset di Megamendung yang dikuasi FPI. Padahal jelas-jelas di lahan PTP yang diserobot oleh ormas itu. publik jadi bertanya-tanya oh, jadi ini rupa asli Mahfud itu?

Wajar demikian. Toh usai  dua kasus itu begitu marak aksiintoleransi. Penyelesaiannya sangat galak pada pemeluk agama-agama kecil, dan sangat manusiawi, cemban, mangap, khilap ketika pelaku adalah agama pemeluk terbanyak. Jangan omong itu terlalu kecil bagi Menko Polhukam.  Tidak ada yang kecil dan gede ketika bicara keadilan.

Mengapa berbeda ketika menjadi Ketua MK? Ranah yang lain. Persoalan hukum negara, tidak banyak melibatkan publik, dan tafsir-tafsirnya memang sangat bagus. Terobosannya keren.

Sayang, ketika melibatkan banyak kepentingan masyarakat, apalagi yang menyangkut soal agama dan keberpihakan ternyata tidak semoncer ketika menangani kasus-kasus di MK. Biasa-biasa saja bahkan, jadi wajar ketika publik terbuka mata dan pandangannya dan tidak menjadikannya pilihan ketika ada survey.

Padahal Mahfud adalah salah satu kandidat pemimpin puncak negeri ini yang menjanjikan, dulunya. Eh, sudah seperti ini, ya wajar tereliminasi.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply