Koruptor dan Angin Segar Pembelaannya
Koruptor dan Angin Segar Pembelaannya
Mungkin yang teriak-teriak korupsi itu jahat hanya rakyat kecil yang tidak ikut dan memiliki akses untuk maling anggaran. Pernah ada rekan guru agama lho ini yang mengatakan, jangan-jangan ketika kita punya kesempatan juga melakukan yang sama, kek pejabat-pejabat itu. Saya tidak percaya dengan pernyataan itu. Masih banyak orang waras dan tidak gila atau mabuk uang.
Prabowo, Adil pada Anak dan Istri Koruptor
Menyikapi usulan UU Penyitaan Aset Koruptor, presiden ini mengatakan, harus adil dan hati-hati, jangan sampai anak dan istri koruptor menderita. NAIF. Mereka sudah membuat derita jutaan rakyat Indonesia, dan pastinya mereka masih kaya. Tidak percaya kalau mereka benar-benar miskin, melihat rekam jejak penegakkan hukum di Indonesia yang koruptif.
Lihat saja sel mewah di penjara, berkeliarannya tersangka, terpidana, dan lagi-lagi kasus korupsi alias maling berdasi. Belum lagi deretan pengacara mewah dan mahal berkeliling di sekitar pelaku. Mosok anak dan pasangannya, belum tentu malingnya itu suami Wo, Prabowo.
Jangan Kejam dan dzolim pada koruptor
Entah apa yang ada dalam benak anggota dewan ini, bisa-bisanya “meneror” Kejaksaan Agung yang sedang gencar menindak para maling berdasi ini. Malah mengatakan, jangan dzolim dan kejam pada koruptor. Aneh atau memang sudah tidak lagi bisa logis pemikiran elit negeri ini?

Siapa yang kejam, maling atau malah korbannya, atau penegak hukumnya? Tidak habis pikir, melihat perilaku dan pemikiran elit negeri ini. Logika kebalik-balik namun memiliki kuasa sangat besar. Wajar kalua gak maju-maju, malah cenderung mundur.
Sejatinya logika bengkok ini banyak. Ingat ketika pemerintahan lalu melaksanakan hukuman mati bagi gembong narkoba, pegiat HAM sompla teriak-teriak, HAM hem hom, lha mereka, para pelaku gembong narkoba ini sudah membunuh ribuan anak dan menyakiti ribuan atau jutaan hati ibu, anak, pasangan mereka, kaya pula dari sana. Malah dibela.
Pendidikan dan agama
Susah mengharapkan sikap kritis di negeri ini. Pendidikan dan agama sudah kacau. Akal sehat tidak dibina di sekolah, malah cenderung dibinasakan oleh dogma agama sebagian kecil pihak, namun kenceng dalam media social dan pembicaraan. Ini penyakit. Seolah-olah baik-baik saja, namun mengerikan. Stadium akut kekoplakan berpikir dan bertindak.
Pejabat bekerja dicaci maki, yang bloon, bicara tidak nggenah dipuja-puji. Ke mana kewarasan itu? Jauh dari pola pikir dan pola tindak manusia Indonesia secara umum, teristimewa elitnya.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan