Kala Tentara untuk Main-main

Kala Tentara untuk Main-main

Dunia militer itu biasanya rigid, aturan ketat, hirarkhis, dan garis komando yang sangat jelas. Kepangkatan pun demikian. Sayang, apa yang ada di Indonesia hal itu tampaknya tidak seperti itu. Lihat saja beberapa saat terakhir, sebenarnya dulu-dulu juga sudah ada. Bagaimana militer yang harusnya kepangkatan itu dicapai dengan pendidikan dan pelatihan,    namun ada yang give away, yang memberi istilah prajurit asli.

Hal ini dinyatakan menanggapi pangkat untuk pesohor, Deddy Corbusier yang diberi pangkat Letkol (Tut) entah alasannya apa. Jika dulu pangkat itu diberikan kepada pemuka agama yang harus membina mental para prajurit. Malah kini harus ikut seleksi dan Pendidikan yang sama, namun malah diberikan kepada pesulap. Olok-olokan belum berhenti.

Padahal sebelumnya juga sudah ada. Malah yang memberikan kenaikan pangkat itu ada juga yang terlibat dalam pemecatannya. Jangan naif apalagi pura-pura amnesia, siapa saja bintang tiga dan empat kala 98 telah memberhentikan Prabowo. Saat ini di sekitarnya dan ikut menyaksikan kenaikan pangkat yang luar biasa.

Dulu sekali, ada bintang lima, jenderal besar, yang diinisiasi zaman Orba untuk “memberikan” Gambaran betapa besar Soeharto. Tentu saja dia akan malu jika sendirian, maka bintang lima itu   kalau tidak salah ingat disematkan pula kepada Jenderal Soedirman dan Jenderal AH. Nasution.  Jadi sahih jika ada yang mau comel. Padahal geli juga sebenarnya.

Eh, kini ada lagi kenaikan pangkat yang konon regular setiap April dan Oktober, kini Maret ada percepatan kenaikan pangkat. Nunggu satu bulan ki yo apa she repot e?

Percepatan atau hadiah itu wajar, jika memang sangat luar biasa dalam karir. Harus bahkan. Sekali lagi, tentu perlu hal-hal yang luar biasa prestasinya, bukan asal suka atau karena dekat dengan penggede.    Militer ya capaiannya memimpin pertempuran dan atau menjadi pemimpin dalam  penjaga perdamaian di daerah konflik.

Toh, selama ini, mereka-mereka yang naik luar biasa, capaiannya biasa saja. Atau senyap, kek intelijen begitu?? He…he…

Apa yang  terjadi itu malah memperlihatkan seolah-olah pangkat dalam militer hanya candaan, tidak usah ada keringat ataupun bentakan, toh bisa dapat seragam, pangkat perwira pula. Enak ya? Lha yang bina mental saja harus ikut seleksi dan pendidikan, eh ada jalur apalan dan malah lebih parah give away.

Janganlah militer jadi bahan olok-olokan, bagaimana mau mempertahankan negara, jika modelnya begini. Masih ma uterus membuat lelucon?

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan