Menag: Libur Panjang untuk Memberikan Keleluasaan Pemudik
Menag: Libur Panjang untuk Memberikan Keleluasaan Pemudik
Menag menyatakan, pemerintah memberikan libur sekolah lebih awal untuk menjaga agar arus mudik dan balik lebih leluasa. Hal yang bagus. Konteks memecah arus pengguna jalan dalam melakukan perjalanan. Namun, apakah sudah holistik pemikiran ini, berkaitan dengan anak-anak sekolah?
Libur panjang bagus untuk memberikan alternatif perjalanan pulang kampung. Namun bagi para siswa dan orang tua, apakah itu bijaksana?
Pertama, surga liburan bagi anak sekolah. Padahal keprihatinan dalam dunia pendidikan itu begitu banyak. Coba cek saja pengetahuan anak-anak sekarang mengenai hitung menghitung, membaca, apalagi jika bicara mengenai pengetahuan umum. Haduuuh. Libur bisa diartikan tanpa belajar, padahal mereka masih memiliki permasalahan yang demikian besar.
Kedua, pekerjaan rumah bagi orang tua. Bagaimana sekarang orang tua itu begitu lemah dalam mengarahkan anak-anaknya. Kecenderungan bermain gadget, bahkan sudah masuk dalam taraf kecanduan. Libur sama artinya jam untuk main hape.

Orang tua pusing menghadapi anaknya yang di rumah saja. Menciptakan kegiatan yang menyenangkan belum tentu bisa semua melakukan. Toh tidak semua juga mudik.
Ketiga, kerja keras sekolah untuk bisa menyelesaikan tuntutan kurikulum. Poin pertama mengenai keprihatinan pendidikan secara umum, mengenai literasi dan laporan intelektual yang demikian rendah, ini kebanyakan libur, bagaimana mengejar banyaknya materi yang harus diajarkan di tengah pesta liburan.
Keempat, berkali ulang pejabat-pejabat ini jika memutuskan hanya mengandalkan satu dua pertimbangan, tidak menyeluruh, sehingga membuat keadaan yang lain kacau. Lihat saja mengenai efisiensi, penundaan pengangkatan CPNS dan P3K, atau gas melon yang lampau. Sama juga dengan menambah libur, bisa mengurai puncak mudik, namun bagi anak sekolah dan orang tua?
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
