FEATURED

Marsinah dan Soeharto Pahlawan Nasional

Makna Pahlawan

Menarik, peringatan Hari Pahlawan 2025 akan ada “Sejarah” di mana ada nama tokoh yang masuk menjadi pahlawan, dalam hidupnya berdiri saling berhadapan. Ada dalam kubu yang berbeda. Soeharto, penguasa yang superpower. Marsinah, adalah buruh yang hingga hari ini, menyimpan duka mendalam bagi keluarganya. Meninggal dengan tragis.

Penegakkan hukum belum memberikan kejelasan penyebab meninggalnya aktivis buruh tersebut. Pada sisi lain, Soeharto adalah pemimpin antikritik pada saat itu. Ingatan public  masih banyak yang mengingat dengan baik, bahwa ada dugaan kaitan dengan penguasa waktu itu. Artinya, meskipun secara tidak langsung, presiden kala itu harusnya memiliki tanggung jawab moral.

Nah, kini akan menjadi pahlawan secara bebarengan. Beberapa analis mengatakan, bahwa ini memang ada sebuah “kesengajaan” dari penguasa untuk bisa menjadikan Soeharto pahlawan, saat atau tahun ini. Bertahun-tahun gagal, mengapa? Memasukkan nama Marsinah bareng, bisa “meredam” para pihak yang tidak sepakat dengan menjadikan Soeharto pahlawan.

Dilematis, selama 32 tahun berkuasa, tentu saja jasa jenderal besar ini tidak kecil. Toh, tidak bisa dilupakan, bahwa akibat perbuatannya, baik diakui atau  tidak, demikian banyak masalah yang ditimbulkannya. KKN yang ia perlihatkan itu bukan sekadar isu atau ketidaksukaan. Kebebasan dalam banyak hal itu tabu, bisa masuk bui kalau bicara atau mengeluarkan pendapat seperti saat kemarin-kemarin. {Ups, sekarang keknya mau mirip deh…}

Pejabat yang berwenang, keknya sangat sulit, karena kebanyakan orang-orang yang dulu memang enak di dalam ketika sang jenderal besar itu, mosok mau obyektif, jelas tidak mungkin. Harusnya membuat daftar lebih besar mana jasa dan masalah yang ada. Jujur, terbuka, dan berani obyektif, mendengarkan orang atau pihak yang kontra dengan lebih lagi.

TAP MPR yang sempat “mengganjal” Soeharto menyandang gelar pahlawan sejak beberapa tahun lalu sudah dicabut, artinya, karpet merah sudah digelar, tinggal seremoni semata. Bagaimana cucu cicit bangs aini pada  nantinya membaca sejarah bangsanya?  Orang yang pada tahun 98 digulingkan, eh 27 tahun kemudian menjadi pahlawan.

Apakah eksponen 98 itu ngawur, sehingga menjatuhkan pahlawan? Bagaimana jika guru di kelas, nanti harus menjawab pertanyaan murid yang kritis? Mungkin sih tidak aka nada, karena sudah dibuat bodoh sejak lama, sehingga tidak akan mengaitkan persoalan seperti itu. Terlalu rumit, elit saja santai kog?!?!?

Hal in ikan sebenarnya sama, mengaku religius, kegiatan keagamaan harganya puluhan juta, namun korupsi melenggang. Masuk kantor dengan mobil mewah, padahal gajinya ya biasa? Lha dari mana, mosok juga perlu ditanyakan, bagaimana Marsinah dan Soeharto jadi pahlawan.

Miris. Takut makan babi, tapi tidak takut malak anak-anak dengan seragam gagah polisi, ngeroyok pula. Hanya ada di negeri religius, pemuja agama, namun hidupnya jauh dari tuntunan agama.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *