Tiga Menteri Terbaik Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran
Purbaya Harusnya Tidak Bisa, Baru Sebulan
Menarik apa yang dilaporkan Lembaga survei, kepuasan pada pemerintahan kali ini hampir 80%. Kondisi lapangan tidak mencerminkan hal tersebut. Cabinet lebih banyak menimbulkan kontroversi, bukan prestasi. Terkhusus menyebut tiga Menteri paling bagus, layak diulik lebih lanjut.
Tentu ini bukan sekadar ketidaksukaan, namun berdasar rekam jejak yang telah diberikan sepanjang tahun ini. Ada Menag Nazarudin Umar, Menpora Erick Thohir, dan Purbaya Menkeu. Jika bicara kinerja setahun kedua nama terakhir tidak pas. Erick Thohir, belum setahun menjabat Menteri Pemuda dan Olah Raga. Kinerjanya di PSSI pun sebenarnya amburadul.
Nazarudin Umar
Nama ini mencuat karena photo-photonya bersama mendiang Paus Fransiskus. Sejuk, memperlihatkan Keindonesiaan dengan Bhineka Tunggal Ika yang hakiki. Kala itu jabatannya adalah Imam Besar Masjid Istiqlal. Apakah jabatan menterinya memberikan gambaran yang lebih pluralis? Ya dan tidak. Sekadar ucapan untuk Bulan Kitab Suci Nasional dan Bulan Rosario serta hadir dalam Misa Tahbisan imam, semuanya untuk Gereja Katolik.
Sama sekali belum terdengar kiprahnya untuk agama-agama lain. Masih ada Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu, semuanya diakui di Indonesia. UUD ’45 saja menyatakan itu dengan gamblang. Mana suaranya untuk yang lain?
Apalagi jika bicara aksi intoleransi. Masih sangat marak, dan masih diam sejuta bahasa. Saking diamnya makanya seharusnya seribu bahasa menjadi sejuta bahasa. Aksi itu ada di Malang, Kubu Raya, Sukabumi, terakhir Holy Land di Karanganyar. Tidak terdengar suaranya, malah mengatakan di PIK sepi dari adzan, perlu adanya gerakan untuk menyerukan panggilan itu.
Keras dan lantang menyoal Al Khoziny yang ambruk, katanya mati syahid, pas ada penolakan rumah ibadah, pembubaran ibadah, kog tidak lantang? Takut, ngeper, atau memang setuju?

Erick Thohir
Baru menjabat sebentar untuk Menpora. Jika mau dipaksakan, ia juga Ketua Umum PSSI, yang membuat blunder sehingga tidak lolos piala dunia 2026. Padahal kesempatan itu ada. Jika mengganti STY sebagai sebuah usaha, memilih Patrick Kluiver yang tidak memiliki pengalaman cukup mumpuni, itulah kelirunya. Pelatih Korsel telah membawa Korea Selatan ke Piala Dunia. Indonesia pun mampu menggulung Arab Saudi dan seri dengan Australia. Eh kalah telak dengan Arab Saudi yang membuat berat untuk lolos babak selanjutnya.
Capaian apa coba? Jika sekadar tenar, ya bolehlah. Toh di Kementerian sebelumnya juga tidak ada capaian yang terlihat nyata. Sekadar gebrakan sesaat, seperti toilet gratis di jalan tol dan manajemen BUMN yang biasa memberikan servis mewah untuk dapat tambahan dana dari Kementerian, toh masih juga begitu-begitu saja. Mana ada Perusahaan plat merah untung?
Purbaya
Gayanya sih memang bolehlah. Namun belum cukup memberikan gambaran ia memang mampu menjadi Menkeu dan memperbaiki keadaan untuk lebih baik lagi. Layak dipertanyakan, jika Menteri berkinerja terbaik, karena masih terlalu dini. Mau mengubah keadaan ekonomi yang memang tidak baik-baik saja juga perlu waktu. Sekadar tenar dan banyak penggemar semata.
Segitu parahnya kah elit bangsa ini? Tidak ada pilihan dan panutan, yang membanggakan?
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
