Novel Baswedan, Antara Wawasan Kebangsaan dan Pegawai Berintegritas
Cukup menarik narasi mengenai pegawai KPK yang harus menghadapi ujian untuk menjadi ASN. Amanat UU KPK yang baru ini, memang oleh kelompok yang konon kali ini tidak lulus memang sudah ditolak dengan berbagai argumen. MK toh menolak itu.
Dalam waktu yang relatif sangat dekat. Adanya keluhan mengenai soal ujian mengenai FPI, tiba-tiba Novel Baswedan mengatakan 75 pegawai KPK tidak lolos uji Wawasan Kebangsaan, dilanjutkan narasi, pegawai yang berintegritas itu dipecat. Pemecatan dengan stempel integritas menjadi gaungan Bambang Widjoyanto dan media. Ini ada apa?
Hal yang cukup aneh, lucu, naif, ketika penyidik senior lebih segalanya dari para komisioner. Lihat saja pernyataan-pernyataan Novel Baswedan, dia itu penyidik, bukan humas, namun lebih banyak bicara. Bukankah penyidik itu ada di dalam ruang, yang tidak harus dan tidak usah banyak omong?
Pantas kerahasiaan sering bocor, karena tumpang tindih ini. Ini soal integritas. Demikian juga wadah pegawai, di mana mereka begitu getol merasa paling benar, baik, dan tidak perlu adanya pengawas. Ingat demo tahun lalu.

Ada apa, takut dengan pengawas? Jika lembaga, orang itu baik-baik saja, tidak akan takut mau diawasi atau tidak. Ingat, klaim agamis, mosok lupa ada malaikat dan Tuhan sih?
Lucunya, narasi dari kelompok yang sama soal hasil test wawasan kebangsaan yang jeblok. Eh oleh kelompok yang biasanya bersama-sama juga mengatakan hal yang bertolak belakang, memecat pegawai yang berintegritas. Integritas kepada siapa, atau kepada apa?
Justru ini jauh lebih menarik. kita paham, bagaimana Bambang Widjoyanto ketika menjadi ketua tim pengacara pasangan Prabowo-Sandi. Integritas seperti apa yang ia pertontonkan bukan? Silakan cek di media, mbah gugel akan menyajikan data dengan sangat mudah, akurat, dan lengkap.
Ketika orang dengan reputasi demikian bicara integritas, dan fakta wawasan kebangsaan saja jeblok, lebih benar mana? Bambang dan kawan-kawan atau dalam hal ini tim seleksi.
Melangkahi komisoner yang lebih berwenang, apakah itu juga sebuah indikasi pribadi berintegritas? Publik mau dipermainkan oleh pelaku yang sama. Rekam jejak Novel Baswedan, WP KPK, dan juga Bambang Widjoyanto bisa dilihat benang merahnya dengan amat telanjang.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan