Novel Baswedan dkk Tak Lolos Uji Wawasan Kebangsaan, Layak Dipertanyakan Nasionalismenya
Kebangsaan adalah dasar dari bernegara. Jika aparat negara saja tidak lolos itu, bagaimana bisa menjadi punggawa negeri. Ini masalah dasar, pondasi dari kepribadian. Orang yang tidak setia pada hal yang prinsip, apalagi yang biasa saja.
Sebenarnya, apa yang menjadi borok di KPK tampak jelas ketika mereka, terutama kubu WP dan Novel Baswedan dengan sangat ngotot menolak RUU KPK. Dasar yang diberikan asumtif, pelemahan, narasi yang tidak memberikan fakta empiris.
Dalih yang diberikan, jika ikut menjadi ASN akan tidak independen. Lha lihat, jaksa, hakim, termasuk yang sipil, administratif mereka juga ASN, dan baik-baik saja. Mengapa KPK seolah enggan dan merasa diri berbeda dan paling baik. Ini awal dari kebobrokan, merasa paling.
Lembaga tanpa pengawasan itu bahaya. Terbukti, tidak lama, satu demi satu kasus terungkap dengan sangat gamblang dan ada barang buktinya.
Pegawai membawa pulang dua kilogram emas. Bayangkan, apakah ini satu-satunya kejadian? Ah masak sih, desas-desus barang bukti hilang sudah santer sejak lama juga. Belum lama malah truk yang membawa dokumen hilang. Bayangkan, truk saja bisa ilang.
Masih dalam hitungan hari, ada penangkapan penyidik KPK meminta uang untuk membantu terduga korupsi. Entah tidak lama kemudian berubah menjadi penyuapan. Toh isu dan klaim kalau penyidik KPK menerima kos-kosan sekian kamar untuk memuluskan urusan di sana.
Eh kini banyak yang tidak lolos uji Wawasan Kebangsaan. Sangat mungkin ideologis mereka memang bukan Pancasila. Jika demikian, bangsa ini bisa berabe. Nasionalismenya hilang.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan