Pak Tua [Prabowo] Sudahlah
Lagu musik tahun 90-an, Pak Tua dari Elpamas menasihati seorang yang sudah lanjut usia untuk ngaso. Di luar banyak angin yang bisa membahayakan kesehatannya. Nasihat sederhana yang layak didengarkan, salah satunya Prabowo.
Namun, kali ini justru para elit di Gerindra yang mendorong Prabowo, bukannya mencegah untuk mengatakan cukup. Sudah berkali-kali mengikuti kontestasi politik paling elit selalu saja kalah. Sekali cawapres bersama Megawati dan dua kali capres melawan Jokowi.
Apa sih yang menjadi pertimbangan untuk sudah saja?
Pertama, ia kalah dengan tidak mau tahu atas kekalahannya itu. Bgaimana ia dan timnya malah merasa menang dan penyelenggara dan rivalnya berbuat curang. Padahal jelas-jelas dalam masa kampanye saja sepi dari penggembira yang datang.
Kedua, menggunakan segala cara untuk mencapai kekuasaan. Lihat saja betapa bar-barnya kelompok mereka dalam menyerang lawan. Penggunaan politik identitas, ujaran-ujaran yang sangat tidak memiliki dasar, dan pokoknya menang itu mengerikan. Orientasinya kekuasaan dan menang saja.
Ketiga, pembuktian bahwa ia mampu itu ternyata omong kosong. Bagaimana kinerjanya dalam kabinet kali ini tidak ada sama sekali yang luar biasa. Menjadi gambaran bahwa ia memang tidak memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin, apalagi sekelas RI-1.
Keempat, mengelola partai saja belepotan. Apa sih yang sudah dilakukan Gerindra selama ini? Malah cenderung menjadi duri dalam daging. Lihat perilaku Uno, Zon, atau Juliantoro. Mereka lebih oposan dari Demokrat. Cenderung membela aksi intoleran dan ideologi ultrakanan.
Kelima, berbayaha karena tidak ada visi, menggunakan segala cara pokok menang, berdekat –dekat dan mesra dengan tokoh aliran ultrakanan. Mereka kekuatan dalam dua kali pilpres, sangat vulgar dan sangat terbuka bahwa mereka satu barisan.
Hal-hal di atas membuat peringatan keras untuk Prabowo untuk ngaso. Pak Tua Sudahlah, kau terlihat lelah….
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan