SBY: Tidak Satupun yang Bisa Mendikte Saya

Apa yang disampaikan SBY sangat menarik. Ia mengatakan tidak ada satupun yang bisa mendiktenya ketika menjadi presiden. Ada dua hal tidak bisa didikte itu,  independen atau malah merasa superior sehingga merasa selalu benar, selalu terbaik, dan paling dalam segala bidang.

Ketika independen, beneran demikian? Apa iya?  Toh juga semua paham kog, seperti apa pemerintahan antara 2004-2014, baru juga terjadi, hanya tujuh tahun lalu. Semua masih ingat, masih cukup segar, apalagi jika mau melihar rekaman di dunia digital yang makin murah, mudah, dan terjangkau itu.

Jadi, tidak perlu terlalu banyak membahas soal independensi ala SBY. Fakta pemerintahan dan sistem politiknya sudah dipahami dengan semestinya seperti apa.

Lebih tepat justru membahas kemungkinan kedua, kekanak-kanakan yang ditingkahi dengan sikap sebagai berikut;

Mau menyenangkan semua pihak. Hal ini sering Pak Beye nyatakan, satu lawan terlalu banyak, seribu kawan kurang. Ini naif, tidak pernah bisa menyenangkan semua orang. Itu tidak bisa kita kendalikan. Hanya anak kecil yang selalu ingin membuat senang lingkungannya.

tidak

Anak-anak juga yang tidak bisa dibantah, didikte. Mana ada anak prasekolah yang bisa diarahkan, mereka maunya menangnya sendiri. Aturan dibuat sendiri asal nyaman untuk mereka. Orang dewasa akan tahu kapasitas dan batas. Lebih realistis.

Mengaku tidak bisa didikte, mauanya adalah menyindir Jokowi yang ia pikir ada dalam kendali Mega dari parpol atau Luhut dari sisi kabinet. Pemerintah itu kolegial, benar satu presiden, tetapi yang bekerja pasti tim, bukan hanya satu orang.

Tampak, bahwa ada sisi arogan, single fighter, dan model one man show. Ini alam demokrasi, bukan malah feodal apa kata raja. Pengakuan naif sebenarnya. Presiden itu terbatas, bukan jabatan segala-galanya.

Konstitusi, dewan, lembaga negara itu saling berkolaborasi untuk membangun negeri. Tidak hanya presiden sendirian. Wajar sih jika SBY berpikiran demikian.

Ia adalah jenderal, militer yang hirarkhis. Garis komando adalah segalanya. Kata jenderal sama dengan kata prajurit. Padahal SBY bukan militer tertinggi. Atau ini adalah sebuah keinginan atau cita-cita gak sampai?

Model di dalam partai pun berkeluarga juga menampilkan sisi feodalnya. Lihat gaya sungkeman pada Lebaran. Atau model struktur DPP Demokrat sekarang. Itu adalah gambaran nyata dan faktual. Demokrat itu feodal, SBY rajanya.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply