Puan, Nikita Mirzani, dan Inul Daratista

Menarik akhir-akhir ini, dunia politik negeri ini dipanaskan dengan keberadaan para puteri Indonesia. Hampir bebarengan adalah Puan dengan Ganjar yang cukup memantik pro dan kontra.

Pilpres yang masih cukup jauh, seolah sudah berpindah, dan masuk masa kampanye. Analisis, asumsi, dan klaim demi klaim hilir mudik. Hal yang wajar, karena partai pemenang pemilu, jadi sangat seksi untuk dibahas.

Lumayan seru, ketika Inul menjawab aksi dari Neno Warisman yang mengajak memboikot mini market dengan alasan solidaritas. Ada yang aneh, ketika Israel dan Palestina, sudah menyatakan gencatan senjata, kog di sini masih berlanjut. Lha ada apa ini?

Inul menyoroti soal karyawan dan keberadaan orang-orang yang hidup dari mini market. Mereka siapa yang akan memberi makan coba? Hal yang sederhana, faktual, dan benar.  Jelas memang berbeda sudut pandang.

puan
Megawati – Prabowo – Puan

 Bisa dibayangkan kalau saja yang menjawab ajakan Neno Warisman itu adalah Puan, seperti apa reaksi yang ada? Jadi jelas, memang tepat dan pas yang menanggapi itu memang Inul, bukan yang lain.

Padahal selama ini, ia jarang bersentuhan dengan aksi-aksi politis seperti ini. Nyatanya yang  biasa bermain-main dengan politik-ideologis, juga tidak menanggapi.  Iwan Fals, Slank, atau artis-artis yang ada di parpol. 

Berbulan lalu, ada Nikita Mirzani yang menghentak keberadaan dan kebesaran Rizieq Shihab. Ujaran tukang obat sudah merontokan bangunan Rizieq yang sedemikian tinggi dan agung. Lontaran orang yang sama sekali bukan kelasnya Rizieq. Bayangkan, jika itu yang mengatakan Megawati, apa yang terjadi?

Karena “ hanya” Nikita Mirzani, maka Rizieq berani memaki-maki dengan kata yang sangat tidak patut. Semua menjadi titik balik dan puncak kemegahan Rizieq hanccur berkeping-keping menuju keadaan awalnya, kembali menjadi tukang obat.

Satu demi satu hegemoni keberadaan elit berciri feodal terkalahkan oleh keberadaan dan sikap orang-orang biasa. Angin sepoi-sepoi yang membuat tertidur dan abai menjaga keseimbangan, dan jatuh terjerembab. 

Harapan baik, ketika orang, kelompok, yang selama ini begitu digdaya, semua terkapar dengan reaksi dari orang yang tidak dianggap siapa-siapa.  Perjalanan bangsa akan menemukan titik baiknya, dan itu adalah harapan baik.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

2 thoughts on “Puan, Nikita Mirzani, dan Inul Daratista

Leave a Reply